Kamis, 25 Oktober 2018

MANAJEMEN KELOMPOK PERIKANAN


Pendahuluan                                                                                                       

Berkembangnya suatu kelompok selain dari kesadaran individu / anggota kelompok itu sendiri juga ditentukan dari Pengelolaan Manajemen kelompok yang disusun secara rapi dan profesional.
 Hasil gambar untuk MANAJEMEN KELOMPOK PERIKANAN
  
Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka.


Belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya.


Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri.


Pembentukan Kelompok


Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota).


¤ Pembauran fasilitator/Penyuluh
¤ Identifikasi pelaku utama
¤ Dasar: Afinitas
¤ Konsep kelompok perikanan
¤ Perspektif anggota



Pendampingan Kelompok


pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang terus-menerus antara pendamping dengan anggota kelompok/masyarakat hingga terjadi proses Perubahan Kreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diri dan terdidik ( tidak berarti punya pendidikan formal).

  
Antara lain pendampingan dalam bentuk


¤ Peraturan kelompok
¤ Pertemuan kelompok
¤ Pembangunan kapasitas
¤ Pembinaan teknis
¤ Pembinaan manajerial
¤ Pengelolaan keuangan
¤ Akuntabilitas organisasi
¤ Pengembangan kelompok


a). Peraturan kelompok mencakup sebagai berikut:
  
1). Keanggotaan
2). Pertemuan
3). Tabungan
4). Pinjaman
5). Kepengurusan
6). Sangsi

  
b). Pertemuan kelompok
  
1). Interaksi
2). Kedisiplinan
3). Transaksi
4). Peningkatan kapasitas
5). Program masyarakat
6). Monitoring & evaluasi.


Dengan manajemen yang baik, maka kelompok akan terus maju, tumbuh dan terus berkembang mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan bagi semua dan menumbuhkan sikap kewirausahaan sosial, sehingga menumbuhkan etos kerja sama, tanggung jawab serta semangat melakukan usaha lebih baik dan terus menerus melakukan perbaikan kinerja individu maupun kinerja kelompok.




Sumber: 

https://perikananbalakia.blogspot.com/2017/10/manajemen-organisasi-kelompok-perikanan.html

Achmad Madonk Tamrin.http://balebetenajuku.blogspot.com/2017/08/manajemen-kelompok-perikanan.html


Kamis, 18 Oktober 2018

BUDIDAYA SEPAT SIAM



Hasil gambar untuk budidaya sepat siam
PENDAHULUAN

Sepat siam (Trichogaster pectoralis) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Jawa Timur ia juga dikenal dengan nama sliper. Dalam bahasa Inggris disebut Siamese gourami (Siam adalah nama lama Thailand) atau snake-skin gouramy, merujuk pada pola warna belang-belang di sisi tubuhnya.
Ikan sepat siam biasanya diolah menjadi ikan asin yang lezat dan siap menggoyang lidah Anda. Beberapa danau di Sulawesi, Sumatera, dan Kalimantan memiliki potensi besar sebagai daerah penghasil ikan asin sepat. Oleh karena itulah, budidaya ikan sepat siam memiliki potensi yang cukup besar jika Anda mengembangkannya menjadi lahan bisnis. Berikut ini langkah-langkah budidaya ikan sepat siam :
  
Memilih induk

Tahap awal untuk budidaya ikan sepat siam adalah memilih indukan. Untuk membedakan kelamin indukan dapat dilihat dari bentuk dan panjang-pendeknya sirip yang terdapat di punggung. Sepat betina memiliki sirip punggung membulat, pendek, serta tidak mencapai dasar pangkal sirip ekor. Sementara itu, sepat jantan memiliki sirip punggung panjang mencapai dasar pangkal sirip ekor dan bentuknya lancip. Selain bentuk sirip punggung, perbedaan kelamin ikan ini dapat dilihat dari warna atau tinggi badannya. Warna ikan betina biasanya lebih bersih atau lebih terang, sedangkan ikan jantan berwarna lebih gelap. Tinggi badan ikan jantan biasanya lebih tinggi daripada ikan betina. Induk yang baik untuk dipijahkan minimal berumur 7 bulan.

Pemijahan di kolam

Proses pemijahan ikan ini sebenarnya cukup mudah. Pemijahannya dapat meniru kebiasaan hidup ikan ini di alam. Sepat siam tidak membutuhkan aliran air yang besar dalam pemijahannya. Bahkan, di kolam air tergenang pun ikan ini dapat memijah. Namun, sebaiknya disediakan kolam pemijahan yang cukup baik, di antaranya mudah memasukkan dan mengeluarkan air. Luas lahan pemijahan tergantung lahan yang tersedia, biasanya antara 50—300 m2 dengan kedalaman air sekitar 70—100 cm.

Perrsiapan pemijahan

Persiapan pemijahan diawali dengan pengisian air pada kolam yang sebelumnya telah dikeringkan hingga ketinggian 70—100 cm. Sebelum induk ditebar, 7—10 hari sebelumnya kolam diberi pupuk kandang, lalu pintu pemasukan dan pengeluaran air ditutup selama seminggu. Ini bertujuan agar pakan alami selalu tersedia untuk benih setelah kuning telurnya habis. Setelah itu, induk sepat yang telah diseleksi dimasukkan ke dalam kolam pemijahan dengan perbandingan antara jantan dan betina 1:1. Induk jantan memiliki sifat membuat sarang sebelum memijah sehingga pada permukaan air kolam harus disediakan bahan untuk melindungi sarang.


Pemijahan

Pemijahan diawali oleh pembuatan gelembung udara busa di bawah jerami. Pembuatan sarang ini membutuhkan waktu sekitar 1—2 hari. Biasanya, gelembung udara (buih) yang terbentuk bergaris tengah 1,5—3 mm. Pada saat jantan membuat sarang, perangainya berubah menjadi galak dan tidak akan membiarkan ikan lain mendekati sarangnya, termasuk induk betina. Namun, begitu sarang telah selesai dibuat, perangainya akan berubah menjadi lemah lembut, terutama terhadap induk betina. Bermodalkan sarang busa tersebut, tidak sulit bagi induk jantan untuk memikat betina yang telah matang telur.
Telur-telur tersebut akan mengapung di bawah sarang busa karena induk jantan mengajak induk betina mengeluarkan telur di bawah sarang yang telah dibuatnya. Telur-telur yang telah dibuahi akan menetas setelah 2—3 hari sejak pembuahan. Setelah itu, induk jantan akan merawat telur dan larvanya. Larva yang baru menetas akan mendapatkan pakan cadangan dari kuning telurnya. Hingga hari ke-7, benih sepat akan memakan plankton yang tersedia dari hasil pemupukan.
Di dalam kolam pemijahan ini, telur-telur akan dibiarkan menetas dan larvanya tumbuh bersama dengan induknya hingga berumur 30 hari. Setelah itu, induk dipisahkan dari benih-benihnya, lalu dikembalikan ke kolam pemeliharaan, sedangkan benihnya dipelihara di kolam tersendiri.

Pembesaran

Pembesaran ikan sepat siam dilakukan ketika benih berumur 2 bulan dengan ukuran sekitar 5—6 cm. Ini karena pada usia itu, ikan dianggap sudah bisa melindungi diri dari serangan ikan predator atau kompetitornya. Persiapan kolam pembesaran dilakukan seperti halnya pada kolam pemijahan, yaitu kolam dipupuk terlebih dahulu untuk menumbuhkan pakan alami ikan. Namun, untuk pembesaran sepat siam tidak boleh hanya mengandalkan pakan alami yang terbatas jumlahnya.

Untuk memperoleh pertumbuhan ikan secara optimal, ikan harus disuplai pakan dari luar kolam berupa tepung (dedak, tepung daun), kangkung, lemna, daun singkong, dan pelet. Pertumbuhan ikan sepat di kolam yang telah dipupuk dan ditambah pemberian pakan akan mencapai ukuran sekitar 7—9 cm setelah berumur tiga bulan sejak masa penetasan.

Sumber:
http://kebunpaman.blogspot.com/2017/11/cara-budidaya-ikan-sepat-siam-mudah-dan.html
https://www.pertanianku.com/budidaya-ikan-sepat-siam-di-pekarangan/

Kamis, 11 Oktober 2018

MEMILIH LOKASI BUDIDAYA IKAN


A.       Pendahuluan

Budidaya ikan merupakan salah satu sektor usaha yang cukup menjanjikan. Agar sukses dalam melakukan usaha disektor ini perlu dilakukan analiasi pemilihan lokasi budidaya yang tepat. Banyak faktor yang menentukan dalam pemlihan lokasi untuk usaha budidaya ikan, namun pada dasarnya dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan non teknis.

B.       Faktor Teknis dan Non Teknis Pemilihan Lokasi
       Faktor teknis Faktor teknis adalah faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan terhadap kegiatan teknis budidaya ikan seperti sumber air, jenis tanah, limbah, dan kualitas air.
a.  Sumber air
Lokasi budidaya ikan sebaiknya dekat dengan sumber air yang kontinuitasnya terjamin sepanjang tahun seta debitnya cukup dan kualitas airnya sesuai dengan persyaratan ikan yang akan dibudidayakan, namun bebas dari pengaruh banjir. Sumber air ini bisa berasal dari sungai, mata air, saluran irigasi, sumur atau waduk.
 


 Hasil gambar untuk BUDIDAYA DI WADUK
 Gambar 1. Lokasi Budidaya di Waduk

 

b.          Jenis tanah tanah dipilih yang tidak porus yaitu tanah liat atau lempung, sehingga kehilangan air karena filtrasi, rembesan dapat dihindari seminimal mungkin.
c.         Jauh dari pembuangan limbah Karena ikan sangat peka sekali terhadap lingkungan dan hidupnya tergantung sekali dengan kualitas air, maka hindarilah pemilihan loasi yang sumber airnya tercemar, baik ituh oleh limbah pabrik atau limbah rumah tangga, karena bias megakibatkan kematian pada ikan.
d.      Kualitas air Sumber air untuk budidaya ikan harus memenuhi persyaratan kualitas air yang sesuai, baik secara biologis, fisika maupun kimia. Yaitu air harus jernih tapi kaya akan pakan alami, tidak mengandung bahan-bahan yang beracung serta suhu, pH sesui dengan jenis ikan yang dibudidayakan.
2.             Faktor non teknis Faktor non teknis adalah factor-factor yang tidak berpengaruh secara lagsung terhadap untung ruginya usaha dalam budidaya ikan, factor-factor tersebut di antaranya jauh dekatnya dengan lokasi pemasaran, sarana trasportasi, mudah tidaknya mendapatkan tenaga kerja, keamanan dan kemudahan memperoleh sarana produk serta kesesuaian dengan lingkungan sosial budidaya setempat.
a.         Dekat dengan lokasi pemasaran Jauh dekatnya lokasi budidaya dengan tempat pemasaran ini penting di perhatikan karena erat kaitannya dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengangkutan, yang akan berakibat pula pada harga jual ikan yang di prokduksi dan pada akhirnya berakibat pula pada kemampuan bersaingan di pasaran.
b.        Dekat dengan sarana trasportasi Agar hasil ikan yang dibudidayakan mudah cepat dipasarkan, harus di perhatikan juga sarana trasportasi baik jalan maupun alat angkutnya, hal ini pula berkaitan dengan prinsip ekonomi seperti halnya jauh dekatnya lokasi pemasaran dengan lokasi budidaya ikan ditambah dengan system pengepakan dan system pengangkutan yang harus di gunakan.
c.         Mudah mendapatkan tenaga kerja Kemudaha dalam mendapatkan tenaga kerja pun harus di perhatikan, terutama dalam mendapatkan tenaga kerja yang professional dalam menangani ikan serta upah tenaga kerja yang murah,agar biaya produksi yang  dikeluwarkan dapat di tekan seminimal mungkin.
d.        Keamanan terjamin, yang dimaksud di sini adalah keamanan yang dapat menggaggu kelancaran teknis budidaya seperi gangguan hama, gangguan dari orang atau kemungkinan terjadi bencana alam.
e.         Mudah memperoleh sarana produksi Agar kegiatan produksi dapat di tekan seminimal mungkin, maka memilih lokasi usaha harus mempertimbangkan dalam  kemudahan memperoleh sarana produksi baik bibit atau benih, pakan, obat-obatan,peralatan dan lain-lain.
f.         Lingkungan sosial budaya,  mungkin untuk hal-hal tertentu perlu dipertimbangkan, misalnya sesuainya komoditas yang akan di budidayakan dengan lingkungan sosial budaya dan agama. Apakah tidak bertentangan dengan sosial budaya dan agama di daerah yang dipilih.


SUMBER:
http://novajessica.blogspot.co.id/2011/10/pemilihan-lokasi-budidaya-ikan.html

Kamis, 04 Oktober 2018

BUBU IKAN (TRAPS)


A.         Pendahuluan
Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “guiding barriers”. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984).
Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002). Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negara­negara yang menengah maupun maju. Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.
Subani dan Barus (1989), menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjakan (kubus), atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Hasil gambar untuk BUBU BENTUK SILINDER 
Gambar 1. Bubu Berbentuk Silinder

Di Perairan sungai bubu seperti diatas umumnya digunakan nelayan untuk menangkap udang galah, ikan gabus, lele dan beberapa jenis ikan rawa lainnya. Sebenarnya, berdasarkan dari bentuk bubu dapat dibedakan menjadi bubu bentuk silender, kotak, segi tiga dan lainnya namun dari semua itu fungsi bubu tetap sama yakni sebagai alat tangkap pasif sebagai perangkap (traps).


  

B.         Daerah Pengoprasian Bubu

Di perairan umum  bubu dapat di operasikan di danau, waduk, rawa dan sungai.
  1. Didanau dan waduk pengoperasian bubu diletakkan didasar perairan untuk menangkap ikan dan jenis udang.
  
  1. Di rawa pengoperasian bubu diletakan dengan ujung sedikit naik dipermukaan. Jenis tankapan berupa ikan gabus, betok, lele dan ikan sepat.
 
  
 Hasil gambar untuk menangkap ikan dengan bubu

                          Gambar 3. Pengoperasian bubu di rawa

  1. Di Sungai, sistem pengoperasiannya kurang lebih sama dengan di danau. Bubu diletakan didasar sungai, bubu di kasih upat berupa jeroan atau kelapa bakar. Target tangkapan utama disungai biasanya adalah udang galah.

SUMBER:
Jumani, Muhammad. http://www.mjumani.net/2012/11/lukah-alat-tangkap-ikan-tradisional.html#_

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...