Kamis, 31 Mei 2018

MEMAHAMI KONSEP MAKANAN IKAN DAN ILMU PENDUKUNGNYA

MEMAHAMI KONSEP MAKANAN IKAN DAN ILMU PENDUKUNGNYA



Dalam memberikan makanan ikan, pelaku budi daya harus memahami karakteristik ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan, dicerna, dan dapat menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Untuk itu, sangat penting bagi pembudidaya ilmu makanan ikandan pendukungya.

A. Arti Penting Makanan Bagi Ikan
Salah satu ciri makhluk hidup yang membedakan dari benda mati adalah terjadinya proses metabolisme, yaitu proses pertukaran molekul yang berlangsung secara terus-menerus. Pertukaran molekul tersebut dapat terjadi di antara bagian-bagian tubuh makhluk hidup itu sendiri dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Proses metabolisme terdiri dari 2 proses, yaitu proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan proses pembentukan (sintesis) bahan-bahan atau subtansi sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Proses katabolisme merupakan proses pemecahan substansi yang kompleks menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana.
Pada proses anabolisme membutuhkan bahan baku yang berasal dari energi dalam makanan. Pada proses katabolisme menghasilkan sejumlah energi yang didahului dengan pemecahan bahan kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Energi ini dapat diubah menjadi energi panas, energi mekanik, energi kimia, atau energi listrik yang dibutuhkan oleh tubuh ikan. Agar proses katabolisme berlangsung terus-menerus, dibutuhkan bahan bakar yang berasal dari bahan makanan. Proses anabolisme dan katabolisme akan menghasilkan bahan-bahan sisa (limbah) yang dibuang keluar tubuh organisme berupa kotoran.
Sejumlah besar organisme membutuhkan penyediaan materi dan energi yang berasal dari molekul organik yang dimakannya. Nutrisi atau zat makanan yang berupa molekul organik dan telah terbentuk sebelumnya disebut heterotrofik. Organisme yang memanfaatkan makanan jenis ini disebut organisme heterotrof. Mikroorganisme, tanaman yang tidak berklorofil, dan semua hewan, termasuk ikan bersifat heterofik sehingga supaya tetap hidup organisme yang memanfaatkan nutrisi yang berkloforil termasuk organisme golongan ini.
Semua makanan yang akan diberikan pada ikan harus memperhatikan beberapa syarat, seperti jenis makanan, bentuk, ukuran, keras dan lunak, bau, rasa, serta kandungan gizinya. Ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan makan, makanan, dan cara makan ikan disebut ilmu makanan ikan (fish nutrition).
B. Pentingnya Mempelajari Ilmu Makanan Ikan
Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang. Dengan kata lain, ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup.
Dalam budi daya perikanan saat ini terjadi kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan maka perusahaan tersebut akan dikelola semakin intensif. Artinya, pada lahan yang kapasitas volumenya sama, padat penebarannya semakin bertambah banyak agar hasil produksinya meningkat. Namun, pengelolaan pada tingkat padat penebaran tinggi dilakukan dengan biaya produksi yang rendah. Untuk mencapai hal tersebut, ikan harus diberi makanan ikan, terutama pakan buatan.
Tujuan penggunaan pakan buatan adalah untuk meningkatkan produksi dengan waktu pemeliharaan yang singkat, ekonomis, dan masih memberikan keuntungan meskipun padat penebarannya tinggi. Oleh karena itu, bahan baku pakan yang digunakan harus bergizi tinggi, harganya murah, mudah didapat, dan tersedia secara berkesinambungan dalam jumlah memadai. Bahan baku yang memenuhi syarat untuk dgunakan sebagai bahanmakanan ikan adalah bahan-bahan sisa atau hasil samping dari indutri atau dari pertanian, seperti dedek halus, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, peperutan (jeroan) ikan, kepala udang, kepompong ulat sutera, isi perut hewan ternak, dan darah hewan ternak. Supaya ekonomis dan menguntungkan, penggunaan bahan pakan tersebut harus efesien. Efisien yang dimaksud adalah dalam hal jumlah pemberian ransum dan komposisi gizi pakannya. Kedua faktor tersebut erat sekali hubungannya dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara. Jumlah ransum dan komposisi gizi dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, dan ketersediaan makanan ikan alami di dalam tempat peliharaannya. Semua masalah tersebut di atas perlu dikaji secara seksama.
C. Ilmu-Ilmu Pendukung
Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu makanan ikan, banyak ilmu-ilmu lain yang diperlukan untuk mendukungnya, seperti biologi ikan, biologi perikanan, kimia, biokimia, gizi, fisika, mikrobiologi, matematika, statistika, teknik, dan sosial ekonomi.
Biologi ikan berkaitan dengan jenis makanan ikan dan perubahan makanan ikan sesuai dengan perubahan umur atau ukuran, cara makan, sistem pencernaan, serta konsumsi harian. Biologi perikanan berhubungan dengan pengkajian-pengkajian terhadap ikan sebagai suatu populasi. Misalnya, laju pertumbuhan, laju kematian, dan migrasi (ruaya).
Ilmu kimia digunakan untuk melakukan analisis mengenai komposisi kimia pakan dan bahan bakunya. Biokimia diperlukan untuk menganalisis proses metabolisme. Ilmu fisika berguna untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor fisik pakan, lingkungan, transfer energi terhadap proses fisiologis perubahan mutu pakan yang diakibatkan aktivitas mikroorganisme (jasad renik) dan juga untuk mempelajari organisme parasit pada ikan,
Matematika berguna dalam membuat perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus-rumus tertentu, sedangkan statistik dapat membantu membuat kesimpulan-kesimpulan dengan membandingkan data-data yang ada. Ilmu teknik sangat berperan dalam desain dan penciptaan alat-alat modern yang digunakan untuk kelancaran kegiatan usaha budi daya ikan.
Ilmu sosial berkaitan dengan pertimbangan kompetisi dalam penggunaan bahan baku dengan konsumsi manusia. Jika tejadi persaingan maka perlu dibatasi penggunaannya dan dicarikan bahan pengganti atau substitusinya. Ilmu ekonomi berkaitan dengan pertimbangan untung-ruginya dalam pengadaan maupun penggunaan pakan yang bersangkutan. Keuntungan dan kerugian ditinjau dari pihak produsen maupun petani selaku pengguna pakannya.
Semakin baik penguasaan akan ilmu-ilmu pendukung tersebut, pemahaman terhadap ilmu makanan ikan juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan ilmu makanan ikan adalah ilmu terapan (applied science) maka baik dan tidaknya akan langsung terlihat di dalam penggunaannya secara praktis di lapangan.

Sumber :
http://www.sdi.kkp.go.id/index.php/arsip/c/798/Makanan-Ikan-dan-Ilmu-Pendukungnya/?category_id=27
http://saunggroup.blogspot.com/2011/10/tips-pemberian-pakan.html

Jumat, 25 Mei 2018

PENGOLAHAN IKAN ASIN (CARA PENGGARAMAN BASAH)


Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ada 3 cara pembuatan : (1) Penggaraman kering dengan pengeringan; (2) Penggaraman basah (perebusan dalam air garam) dengan pengneringan; dan (3) Penggaraman yang dikombinasikan dengan peragian (pembuatan ikan peda).

BAHAN
1. Ikan segar 10 KG
2. Garam dapur 4 kg

ALAT
1) Panci
2) Bak penggaraman
3) Tampah (nyiru)

CARA PEMBUATAN
1)    Masukkan garam ke dalam 10 liter air;
2)    Masukan ikan , kemudian rebus selama 5-10 menit atau rendam selama 3-4 jam, dan tutup dengan diberi pemberat;
3)    Tiriskan sekitar 15 menit kemudian jemur sampai kering (3 hari);
4)    Biarkan beberapa saat (angin-anginkan) kemudian kemas dalam kantong.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN BASAH


Catatan:
1)    Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (SII), yaitu :
ü Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik;
ü Berkadar air paling tinggi 25 %
ü Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;
ü Tidak mengandung logam jamur, juga tidak terjadi pemerahan bakteri;
2)    Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :
ü Menjemur ikan di atas para-para setinggi ± 1 m dari atas tanah, di halaman terbuka;
ü Menjemur ikan di dalam ruang pengering dari plastik (solar dryer);
ü Mengalir udara panas ke permukaan ikan dalam ruangan (mechanical dryer);
ü Mengatur cara penjemuran ikan, jangan sampai bertumbuk;
ü Membelah daging ikan;
ü Membuat sayatan pada daging ikan.

3)    Perbandingan komposisi ikan asin dan ikan teri kering per 100 gram bahan adalah sebagai berikut :



SUMBER:
http://www.ristek.go.id
Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.
Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4.

Jumat, 18 Mei 2018

PENGOLAHAN IKAN ASIN (CARA PENGGARAMAN KERING)


Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati menyebabkan pembusukan. Mutu olahan ikan sangat tergantung pada mutu bahan mentahnya.

Tanda ikan yang sudah busuk:
- mata suram dan tenggelam;
- sisik suram dan mudah lepas;
- warna kulit suram dengan lendir tebal;
- insang berwarna kelabu dengan lendir tebal;
- dinding perut lembek;
- warna keseluruhan suram dan berbau busuk.

Tanda ikan yang masih segar:
- daging kenyal;
- mata jernih menonjol;
- sisik kuat dan mengkilat;
- sirip kuat;
- warna keseluruhan termasuk kulit cemerlang;
- insang berwarna merah;
- dinding perut kuat;
- bau ikan segar.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.


Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh manusia.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan Taiwan, ikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan lebih banyak.

Ikan asin adalah makanan awetan yang diolah dengan cara penggaraman dan pengeringan. Ada 3 cara pembuatan : (1) Penggaraman kering dengan pengeringan; (2) Penggaraman basah (perebusan dalam air garam) dengan pengneringan; dan (3) Penggaraman yang dikombinasikan dengan peragian (pembuatan ikan peda).

BAHAN
1) Ikan laut (ikan tawar) 10 kg
2) Garam dapur 3 kg

ALAT
1) Bak (tong kayu) tempat penggaraman
2) Pisau
3) Tampah (nyiru)
4) Peti Kayu (keranjang bambu)

CARA PEMBUATAN
1)    Buang isi perut ikan (jangan sampai empedunya pecah);
2)    Sayat-sayat (untuk ikan yang ukuran besar) dengan tebal 2-3 cm, belah dari punggungnya (untuk ikan sedang atau kecil);
3)    Cuci, masukkan ke dalam bejana (tong kayu) dan taburi garam;
4)    Susun dalam bak (tong kayu) yang diselang-silang dengan lapisan garam kemudian tutup dengan kayu;
5)    Simpan dalam ruangan yang tidak mendapat sinar matahari langsung selama 3 hari;
6)    Jemur sampai kering kurang lebih selama 3 hari;
7)    Masukkan dalam keranjang bambu atau peti kayu.

DIAGRAM ALIR PEMBUATAN IKAN ASIN CARA PENGGARAMAN KERING





Catatan:
1)    Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar Industri Indonesia (SII), yaitu :
ü Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik;
ü Berkadar air paling tinggi 25 %
ü Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;
ü Tidak mengandung logam jamur, juga tidak terjadi pemerahan bakteri;
2)    Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :
ü Menjemur ikan di atas para-para setinggi ± 1 m dari atas tanah, di halaman terbuka;
ü Menjemur ikan di dalam ruang pengering dari plastik (solar dryer);
ü Mengalir udara panas ke permukaan ikan dalam ruangan (mechanical dryer);
ü Mengatur cara penjemuran ikan, jangan sampai bertumbuk;
ü Membelah daging ikan;
ü Membuat sayatan pada daging ikan.

3)    Perbandingan komposisi ikan asin dan ikan teri kering per 100 gram bahan adalah sebagai berikut :

SUMBER:
http://www.ristek.go.id
Daftar komposisi bahan makanan. Jakarta : Bhratara Karya Aksara, 1979.
Pembuatan ikan asin. Jakarta : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian, Departemen Perindustrian, 1982. Publikasi No. 4.

Kamis, 17 Mei 2018

STRATEGI PENERAPAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI INDONESIA


Pembangunan perikanan budidaya yang dilakukan dengan pendekatan berbasis ekosistem merupakan strategi pengembangan usaha budidaya ikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan, dengan memelihara keterpaduan dan  pengelolaan berbasis ekosistem menggunakan cara-cara yang bertanggung jawab (responsible) dan berkelanjutan  (sustainable). Beberapa manfaat dari pengelolaan perikanan budidaya yang berkelanjutan adalah: (a) menjadi pembudidaya yang bertanggung jawab atas mutu produknya; (b) mendapatkan kepercayaan pasar; (c) ikut menjaga kualitas mutu hasil budidaya dan kelestarian lingkungan; dan (d) menjadi pembudidaya profesional dan bermartabat. Stakeholders terkait perikanan budidaya sudah menerapkan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan, melalui pelaksanaan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB). CBIB dan CPIB merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu Hasil Perikanan. Sehingga CBIB dan CPIB dapat diartikan cara memelihara dan/atau membesarkan dan/atau membenihkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, sehingga memberikan jaminan pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan, bahan kimia dan biologis, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
Kata kunci: pembangunan perikanan, perikanan budidaya, budidaya berkelanjutan 

PENDAHULUAN
Pembangunan perikanan yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai pemanfaatan hasil perikanan yang dapat dipertanggungjawabkan, baik terhadap generasi setelah kita maupun terhadap lingkungan.  Bentuk pertanggungjawaban pada generasi setelah kita dapat dilakukan dengan cara menjaga kelestarian sumberdaya perikanan yang ada. Sedangkan bentuk tanggungjawab kita  terhadap lingkungan dapat kita lakukan dengan cara lebih memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari terjadinya global warming yang ditujukan oleh terjadinya banyak bencana alam yang disebabkan oleh tingkah laku manusia yang cenderung tidak peduli terhadap lingkungan (sumber: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mmpi5102/materi3.htm).
Stakeholders terkait perikanan budidaya dan para pembudidaya ikan sudah mulai menerapkan konsep pembangunan perikanan berkelanjutan, melalui pelaksanaan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
Cara budidaya ikan yang baik adalah cara memelihara dan/atau membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, dan bahan kimia, serta bahan biologis (KepmenKP Nomor: KEP. 02/MEN/2007).
CBIB dan CPIB merupakan bagian dari Sistem Pengendalian Jaminan Mutu Hasil Perikanan. Sehingga CBIB dan CPIB dapat diartikan cara memelihara dan/atau membesarkan dan/atau membenihkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, sehingga memberikan jaminan pembudidayaan dengan memperhatikan sanitasi, benih, pakan, obat ikan, bahan kimia dan biologis, serta memperhatikan keseimbangan ekosistem dan lingkungan. Tujuan konsep pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan melalui pelaksanaan CBIB dab CPIB bertujuan: (a) Menjamin mutu hasil pembudidayaan ikan; (b) Meningkatkan daya saing produk; dan (c) Menjamin keberlangsungan usaha budidaya.
Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) merupakan sebuah konsep bagaimana memelihara ikan, agar ikan yang kita pelihara nantinya memiliki kualitas yang baik dan meningkatkan daya saing produk, yaitu bebas kontaminasi bahan kimia maupun biologi dan aman untuk dikonsumsi. Disamping itu konsep CBIB juga menolong kita agar dalam proses pemeliharaan ikan menjadi lebih efektif, efisien, memperkecil resiko kegagalan, meningkatkan kepercayaan pelangggan, menjamin kesempatan eksport dan ramah lingkungan. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang Baik (sumber: http://drkurnia.wordpress.com/2013/01/24/cara-budidaya-ikan-yang-baik-cbib-dan-cara-pembenihan-ikan-yang-baik-cpib/).
Kementerian Kelautan dan Perikanan saat ini tengah mendorong pelaku usaha budidaya/pembenihan ikan untuk menerapkan CBIB dan CPIB. Bagi para pembudidaya/pembenih yang serius melakukannya, disarankan untuk mengajukan sertifikasi CBIB dan CPIB pada unit usahanya. Untuk memperoleh sertifikat tersebut, tentu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Melalui tulisan ini akan coba diuraikan strategi memperoleh sertifikasi CBIB dan CPIB melalui penerapan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan.

METODOLOGI
Pengkajian strategi memperoleh sertifikasi CBIB dan CPIB melalui penerapan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan dilaksanakan pada tanggal 1 – 3 Oktober 2014. Metode yang digunakan dalam pengkajian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik yang digunakan: (1) pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal dan internet yang berhubungan dengan topik yang diangkat; (2) pengolahan data dan penyusunan kajian, dengan penjabaran dan penggalian ide/gagasan utama dan ide pendukung dengan menggunakan 5 W (What, Who, When, Where, Why), dan 1 H (How) melalui pengolahan data dan penelusuran pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Peningkatan kualitas Hasil Perikanan Budidaya sangat diperlukan dalam memenuhi kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri. Apalagi dalam menghadapi era Pasar Bebas ASEAN 2015, produk perikanan budidaya yang bermutu dan berdaya saing menjadi sangat diperlukan agar Indonesia menjadi Negara produsen produk perikanan budidaya yang berkualitas, dan tidak hanya menjadi konsumen. “Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) perlu terus dievaluasi dan ditingkatkan sekaligus dimantapkan sehingga mampu mendu       kung pelaksanakan Pengendaliaan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Budidaya (SJMKHPB) yang lebih baik dari tahun ke tahun” (sumber: http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=985).
Menurut Kurnia (2013) dalam penerapan CBIB dan CPIB ada 4 Aspek yang harus diperhatikan, yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek keamanan pangan dan aspek lingkungan:
1.   Aspek teknis meliputi kelayakon lokasi dan sumber air, kelayakan fasilitas, proses produksi dan penerapan biosecurity. Lokasi harus bebas banjir dan bebas cemaran, sumber air juga harus diperiksa laboratorium untuk mengetahui kandungan logam berat dan bakteri coliform. Fasilitas juga harus sesuai, diantaranya terdapat gudang pakan dan gudang peralatan yang layak, sarana pengemasan dan lain sebagainya. Proses produksi/pemeliharaan sebaiknya mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI) dari pemeliharaan sampai pengemasan. Benih ikan harus berasal dari unit pembenihan yang bersertifikasi CPIB, dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Benih Ikan. Induk Ikan juga harus berasal dari lembaga yang berwenang memproduksi Induk Ikan, dibuktikan dengan Surat Keterangan Asal (SKA) Induk Ikan. Penerapan biosecurity adalah sebuah upaya agar tempat budidaya/pembenihan tidak terkontaminasi zat-zat atau organisme berbahaya yang dapat mengganggu proses pemeliharaan. Diantaranya adalah dengan membuat pagar keliling, foot bath, sebelum memasuki ruang pembenihan, pencuci roda mobil/motor di pintu gerbang dsb.
2.   Aspek manajemen meliputi struktur organisasi dan manajemen serta pengolahan data untuk dokumentasi dan rekaman. Dokumentasi dalam hal ini adalah Standard Operasional Prosedur (SOP) atau Instruksi Kerja, yang merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan, yang dilengkapi dengan formulir isian untuk mengumpulkan data yang diperlukan selama proses pemeliharaan. Rekaman dalam hal ini adalah merupakan bukti obyektif untuk menunjukan efektivitas penerapan CBIB/CPIB. Contoh rekaman diantaranya adalah pembelian pakan, pengolahan kolam, data kematian, pemberian pakan, pemeriksaan kualitas air dsb.
3.   Aspek keamanan pangan merupakan sebuah ketentuan bahwa dalam memelihara ikan tidak boleh menggunakan obat-obatan/bahan kimia/bioloi yang dilarang yang bisa menyebabkan residu termasuk antibiotik. Obat-obatan yang boleh digunakan adalah obat-obatan yang sudah mendapat ijin dari kementerian kelautan dan perikanan. Demikian juga dengan pakan, pakan yang boleh digunakan adalah pakan yang sudah disertifikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Apabila pembudidaya/pembenih menggunakan pakan buatan sendiri, maka pembudidaya harus bisa menjelasakan tentang bahan, formula serta proses produksi pakan tersebut dan juga memberikan sejumlah sampel pakan yang diproduksi untuk dianalisis di laboratorium.
4.   Aspek lingkungan adalah sebuah jaminan bahwa kegiatan budidaya/pembenihan ikan kita tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara mengendapkan air buangan dari proses budidaya/pembenihan ikan kita dalam sebuah bak sebelum dibuang ke perairan umum.
Dalam menghadapi era pasar global dan khususnya ASEAN Economic Community (AEC) atau Pasar Bebas ASEAN 2015, Sertifikasi CBIB adalah salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing produk perikanan budidaya. “Saat ini sedang disusun standar CBIB untuk kawasan ASEAN atau yang disebut ASEAN Good Aquaculture Practices (ASEAN GAqP) Guidelines  ASEAN GAqP ini nantinya akan menjadi benchmark dalam perdagangan produk perikanan budidaya di kawasan ASEAN. Dalam kaitan ini standar CBIB telah diharmoniskan dengan FAO Guidelines for Aquaculture Certification, ASEAN Shrimp GAP Standard maupun ASEAN GaqP Guidelines (sumber:http://www.djpb.kkp.go.id/ berita.php?id=985).
Beberapa strategi sederhana yang harus diterapkan pada usaha budidaya ikan agar usahanya menguntungkan, memperoleh sertifikasi dan berkelanjutan, antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Memiliki niat yang kuat untuk berhasil dalam usaha budidaya ikan, yang ditandai dengan: (a) menghitung analisa usaha dari kegiatan yang akan dilakukan, kuncinya jangan pernah memulai suatu usaha budidaya, jika belum menguntungkan; (b) membuat langkah kerja dalam tahapan-tahapan usaha, misal: pola tebar, pengelolaan pakan, pengelolan air, pengelolaan hama dan penyakit; dan (c) memastikan semua rencana usaha dan langkah kerja dalam tahapan usaha dibuat tertulis, sehingga dapat dijadikan panduan dan standar kerja.
2.   Menetapkan Biosecurity (keamanan biologi), berupa upaya-upaya mencegah/mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari satu tempat ke tempat lain yang masih bebas.
3.   Melakukan usaha perikanan yang bertanggung jawab, tertelusur, ramah lingkungan, bertanggungjawab social dan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan ikan yang dibudidayakan.
4.   Berupaya menjaga kelestarian sumber daya: untung itu tidak untuk diri sendiri (ada rezeki anak cucu) dan tidak untuk saat ini saja.



Dalam penerapan pembangunan perikanan budidaya yang berkelanjutan perlu dilaksanakan standar kriteria pengelolaan usaha budidaya ikan yang memenuhi prinsip-prinsip CBIB, berupa:
a.   Lokasi
Lokasi budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan,  akibat kondisi sekitar, baik air pasok maupun pencemaran udara
b.   Suplai Air
Air pasok untuk budidaya harus tidak menimbulkan bahaya keamanan pangan
c.    Tata Letak Dan Desian
Unit Usaha Budidaya didesain dengan baik, dimana tata letak yang dapat meminimalkan resiko yang berhubungan dengan kontaminasi
d.   Kebersihan fasilitas dan perlengkapan
e.   Persiapan Wadah Budidaya
-       Prosedur persiapan wadah dapat menimbulkan bahaya keamanan pangan.
-       Prosedur persiapan wadah seharusnya bertujuan untuk meminimalkan bahaya keamanan pangan seperti bakteri patogen, inang perantara parasit zoonotik.
-       Prosedur persiapan yang efektif juga menurunkan resiko masalah kesehatan hewan air yang akan menurunkan kebutuhan atau penggunaan obat ikan dan penggunaan bahan kimia.
f.     Pengelolaan Air
-       Mutu air dan sedimen seharusnya dijaga pada level yang mencukupi untuk kesehatan lingkungan budidaya dengan melakukan angka penebaran benih dan pakan yang sesuai.
-       Air pasok dan keluar di wadah budidaya seharusnya difiltrasi/ saring untuk mencegah masuknya species yang tidak diinginkan termasuk parasit dalam air tawar.
g.   Benih
-       Penggunaan obat ikan dan bahan kimia selama pembenihan dapatmenimbulkan residu dan beresiko pada keamanan pangan.
-       Mutu benih yang buruk dapat pula mengganggu kesehatan selamapembudidayaan dan akan memicu penggunaan obat dan atau bahan kimia.
h.   Pakan
-       Pakan dapat menyebabkan masalah keamanan pangan dengan menarik datangnya hama pengerat, penanganan pakan tidak tepat atau menjadi media penular pada udang/ikan.
-       Pada usaha budidaya, selain menggunakan pakan komersial yang dijual, pembudidaya terkadang membuat sendiri pakannya.
-       Bahan baku pakan seharusnya tidak menggunakan pestisida, bahan kimia, termasuk logam berat dan kontaminan lain yang dilarang dan membahayakan.
i.     Penggunaan Bahan Kimia, Bahan Biologi Dan Obat Ikan
-       Bahaya yang berhubungan dengan obat ikan (termasuk antimikroba) dalam pembudidayaan adalah residu pada produk akhir. Penerapan CBIB seharusnya dapat menurunkan penggunaan obat ikan, dll.
-       Untuk itu perlu pengelolaan kesehatan yang efektif selama proses budidaya, dengan meningkatkan sistem keamanan hayati dan menurunkan insiden wabah dan resiko yang ditimbulkan.
-       Program preventif terhadap kesehatan ikan lebih diutamakan dari pada upaya pengobatan.
j.     Penggunaan Es Dan Air
-       Air bersih tersedia dan digunakan untuk membersihkan bahan baku, juga untuk udang yang langsung dari kolam.
-       Definisi air bersih adalah dari kualitas mikrobiologi sama dengan air minum tetapi dapat juga air yang mengandung garam atau unsur lain yang "tidak berbahaya" sebagai tambahan.
-       Tersedia data kualitas air yang diperlukan.
k.    Panen
-       Bahaya keamanan pangan dapat muncul dari teknik panen yang tidak sesuai, seperti temperatur yang tinggi dapat menyebabkan pembusukan produk selama kegiatan panen.
-       Selain itu, dari penggunaan air atau es yang tercemar dan kurang bersihnya fasilitas dan peralatan.
-       Kerusakan ikan selama panen dapat menyebabkan pencemaran yang mengarah kepada saluran usus   atau pembusukan produk.
-       Teknik panen yang sesuai akan memperkecil resiko pencemaran, kerusakan fisik dan stres ikan.
l.     Penanganan Hasil
-       Peralatan, perlengkapan  penanganan hasil selalu dijaga dalam keadaan bersih
-       Proses penanganan (sortir, penimbangan, pencucian dilakukan dg cepat dan higienis.
-       Bahan tambahan dan kimia terlarang tidak digunakan
m. Pengangkutan
-       Peralatan dan fasilitas pengangkutan dlm kondisi higienis
-       Suhu produk selama pengangkutan mendekati suhu cair es (0°C) pada seluruh bagian badan
-       Ikan hidup ditangani dan dijaga dalam kondisi yg tdk menyebabkan kerusakan fisik atau kontamina
n.   Pembuangan Limbah
Limbah (cair, padat dan bahaya) dikelola dengan cara yang higienis dan saniter untuk mencegah kontaminasi
o.   Pencataan
-       Catatan asal dan penggunaan pakan di kolam/KJA.
-       Penelusuran produk pakan dan bahan-bahan pembuatnya dapat dilihat pada catatan tersebut.
-       Catatan kualitas air harus disimpan. Catatan menunjukkan air yang digunakan untuk pembudidayaan  serta bahan berbahaya (logam berat, antibiotik dll) sampai batas yang ditentukan.
-       Catatan harus mencakup jumlah panen, tanggal dan lokasi penjual dan pembeli.
p.   Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan (atas bahaya kemanan pangan) dilakukan sebagai kegiatan yang rutin dan terkendali.
q.   Pelatihan
Pekerja dan pemilik unit usaha budidaya seharusnya memiliki tingkat kesadaran yang memadai pada pengendalian pangan dan pencegahan bahaya keamanan pangan dalam budidaya perikanan serta pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan mengenai penanganan ikan secara higienis dan dengan cara yang baik.
r.    Kebersihan Personil
-       Pekerja yang menangani ikan dalam keadaan sehat.
-       Ada pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk staf yang menangani produk.
-       Tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pekerja yang menangani ikan selama panen, penanganan pasca panen dan transportasi mengalami cedera, infeksi atau penyakit yang dapat mengkontaminasi ikan.
-       Tidak diperkenankan merokok, khususnya disekitar produk.

SIMPULAN
Dalam penerapan pembangunan perikanan yang berkelanjutan, beberapa strategi sederhana yang harus diterapkan pada usaha budidaya ikan agar usahanya menguntungkan, memperoleh sertifikasi dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan, antara lain adalah sebagai berikut:
1.   Memiliki niat yang kuat untuk berhasil dalam usaha budidaya ikan, yang ditandai dengan: (a) menghitung analisa usaha dari kegiatan yang akan dilakukan, kuncinya jangan pernah memulai suatu usaha budidaya, jika belum menguntungkan; (b) membuat langkah kerja dalam tahapan-tahapan usaha, misal: pola tebar, pengelolaan pakan, pengelolan air, pengelolaan hama dan penyakit; dan (c) memastikan semua rencana usaha dan langkah kerja dalam tahapan usaha dibuat tertulis, sehingga dapat dijadikan panduan dan standar kerja.
2.   Menetapkan biosecurity (keamanan biologi), berupa upaya-upaya mencegah/mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke suatu sistem budidaya dan mencegah penyebarannya dari satu tempat ke tempat lain yang masih bebas.
3.   Melakukan usaha perikanan yang bertanggung jawab, tertelusur, ramah lingkungan, bertanggungjawab social dan memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan ikan yang dibudidayakan.
4.   Berupaya menjaga kelestarian sumber daya: untung itu tidak untuk diri sendiri (ada rezeki anak cucu) dan tidak untuk saat ini saja.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.djpb.kkp.go.id/berita.php?id=985
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/mmpi5102/materi3.htm
KepmenKP Nomor: KEP. 02/MEN/2007. Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP. 02/MEN/2007 tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Biro Hukum dan Organisasi, Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Kurnia, 2013. Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dalamhttp://drkurnia.wordpress.com/2013/01/24/cara-budidaya-ikan-yang-baik-cbib-dan-cara-pembenihan-ikan-yang-baik-cpib/

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...