Kamis, 30 Agustus 2018

FUNGSI KELEMBAGAAN KELOMPOK PERIKANAN


Penumbuhan Kelompok
Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006, dijelaskan bahwa kelompok merupakan bagian dari kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan, seperti halnya gabungan kelompok, asosiasi atau korporasi. Beberapa ahli menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi. Kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok/sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu (Pranoto dan Suprapti, 2006).
Karakteristik kelembagaan kelompok pelaku utama dapat dilihat dari kondisi masyarakat serta pengelolaan sumberdaya alam yang meliputi:
1. Penerapan tekonologi perikanan dikembangkan dengan memperhatikan kondisi spesifik lokasi.
2. Kelembagaan pelaku utama lebih bersifat pendekatan partisipatif dan kekeluargaan.
3. Penanganan bidang perikanan dipengaruhi oleh sumberdaya perikanan yang dinamis, kompleksitas  fisik perairan.
4. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada digunakan pendekatan kawasan dan pendekatan wilayah.
5. Pelaku utama perikanan mayoritas pada usaha skala kecil sehingga kurang  mendapat akses pembangunan dan model kelembagaan lebih ditujukan kepada peran aktif masyarakat sebagai subyek pembangunan diwilayahnya.
Razi dan Ridwan (2011) menjabarkan lebih lanjut bahwa kelompok pada dasarnya adalah organisasi non formal yang ditumbuhkembangkan ”dari, oleh dan untuk kelompok”,  memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota
b. Merupakan wadah yang efektif  untuk bekerja sama
c. Mempunyai minat dan kepentingan yang sama
d. Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam kegiatan usaha
e. Adanya pembagian tugas dan tanggungjawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama.
f. Adanya kepentingan yang sama diantara para anggotanya
g. Adanya wilayah usaha perikanan yang menjadi tanggung jawab bersama diantara para anggotanya
h. Bersifat informal, artinya: (i) kelompok terbentuk atas keinginan dan permufakatan mereka sendiri; (ii) memiliki peraturan sanksi dan tanggung jawab, baik tertulis maupun tidak tertulis; (iii) ada pembagian kerja atau tugas; dan (iv) hubungan antar anggota luwes, wajar, saling mempercayai dan terdapat solidaritas.              
Dengan kata lain, sebuah kelompok pelaku utama dan pelaku usaha perikanan adalah merupakan wadah kebersamaan para pelaku utama dan/atau pelaku usaha dibidang perikanan dalam upaya untuk mencapai pelaku utama dan pelaku usaha yang tangguh, yaitu yang mampu mengambil keputusan dan tindakan secara mandiri dalam upaya memecahkan masalahnya sendiri, menghadapi tantangan dan mengatasi kendala yang ada.
Beberapa jenis kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha perikanan yang ada dan dibina oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.14/MEN/2012, antara lain berupa:
1. Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum yang berupa kelompok yang dibentuk oleh nelayan berdasarkan hasil kesepakatan/musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota.
2. Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) adalah kumpulan pembudidayaan ikan yang terorganisir.
3. Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan (POKLAHSAR) adalah kelompok pengolah dan/atau pemasaran hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok.
4. Kelompok Pemasar Ikan (POKSAR) adalah kumpulan pemasar hasil perikanan yang melakukan kegiatan ekonomi bersama dalam wadah kelompok
5. Kelompok Usaha Garam Rakyat (KUGAR) adalah kumpulan Pelaku Usaha produksi garam rakyat yang terorganisir yang dilakukan di lahan tambak (petambak garam rakyat), dengan cara perebusan (pelaku usaha produksi garam dengan cara perebusan) atau dengan cara mengolah air laut menjadi garam (pelaku usaha produksi garam skala rumah tangga).
6. Kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) adalah kelompok masyarakat yang ikut membantu dalam hal pengawasan dan pembinaan terhadap keamanan, pengelolaan dan pemanfaatan potensi alam yang ada di kawasan pesisir dan laut.
7. Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) adalah organisasi kelompok pembudidaya ikan yang telah dibina oleh Dinas Kabupaten/Kota dan ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, yang anggotanya terdiri dari beberapa kelompok pembudidaya ikan.
8. Gabungan Kelompok Perikanan (GAPOKKAN) adalah kumpulan atau gabungan dari kelompok-kelompok perikanan dari beberapa bidang yang mempunyai tujuan bersama.
9. Asosiasi Perikanan adalah kumpulan dari gabungan kelompok perikanan yang mempunyai tujuan bersama dengan jenis usaha yang sama.
Sesuai Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor: KEP.14/MEN/2012, maka pelaku usaha pemasaran dapat membentuk kelembagaan pelaku usaha perikanan dalam bentuk kelompok, gabungan kelompok ataupun asosiasi, atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan pimpinan seorang ketua.
2.   Peran dan Fungsi Kelompok
Kelompok pelaku usaha bidang perikanan dapat memiliki peranan antara lain sebagai berikut:                                                    
1. Sebagai  media komunikasi dan pergaulan sosial  yang wajar, lestari  dan dinamis.
2. Sebagai basis untuk mencapai pembaharuan secara merata.
3. Sebagai pemersatu aspirasi yang murni dan sehat.       
4. Sebagai wadah yang efektif dan efisien untuk belajar serta bekerja sama.
5. Sebagai teladan bagi masyarakat lainnya.
Untuk dapat mewujudkan peranan tersebut maka kelompok memiliki berfungsi antara lain sebagai: (a) kelas  belajar; (b) wadah kerja  sama; (c) unit  produksi;  (d) organisasi  kegiatan  bersama; dan (e) kesatuan  swadaya  dan  swadana.
A.  Fungsi Kelompok Sebagai  Kelas  Belajar
Sebagai kelas belajar, kelompok merupakan media interaksi belajar antar pelaku utama atau pelaku usaha perikanan. Mereka dapat melakukan proses interaksi edukatif dalam rangka mengadopsi inovasi. Mereka dapat saling Asah, Asih dan Asuh dalam menyerap suatu informasi dari fasilitator, mediator, pemandu, pendamping, penyuluh dan pihak lain. Mereka akan dapat mengambil kesepakatan tindakan bersama apa yang akan diambil dari hasil belajar tersebut. Dengan demikian proses kemandirian kelompok akan dapat dicapai. Di dalam kelompok sebagai kelas belajar para pelaku utama atau pelaku usaha perikanan akan dapat melakukan komunikasi multi dimensional. Mereka dapat mempertukarkan pengalaman masing-masing, sehingga akan membuat pelaku utama atau pelaku usaha perikanan semakin dewasa untuk dapat keluar dari masalahnya sendiri, tanpa adanya ketergantungan pada petugas (pendamping, penyuluh dan lain-lain).
B. Fungsi Kelompok Sebagai  Wadah Kerja  Sama
Sebagai wadah kerja  sama, kelompok pelaku utama atau pelaku usaha perikanan merupakan cerminan dari keberadaan suatu wadah kerjasama.
Pengukuhan dan atau pengakuan terhadap kelembagaan  kelompok pelaku utama merupakan salah satu bentuk penghargaan atas karya dan prestasi kelompok yang telah dicapai  dan merupakan kebanggaan  bagi para anggota kelompok.  Kegiatan ini diharapkan akan tumbuh motivasi yang lebih besar dari para anggota kelompok untuk belajar lebih giat, bekerja lebih erat dan berusaha lebih efektif dalam usaha menigkatkan produksi dan pendapatannya.
Adapun tujuan dari pelaksanaan pengukuhan kelompok antara lain: (1) Tumbuh dan berkembangnya rasa bangga kelompok sebagai prinsip belajar dan kerjasama untuk meningkatkan produksi dan pendapatan; (2) Tumbuh dan berkembangnya dinamika kelembagaan dalam berorganisasi untuk memanfaatkan peluang ekonomi; dan (3) Terciptanya metode pemberdayaan, bimbingan, dan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kemampuan kelompok pelaku utama.
C. Fungsi Sebagai Unit Produksi
Kelompok pelaku usaha perikanan sebagai unit produksi, erat hubungan dengan wadah kerja sama misalnya dengan melaksanakan kegiatan secara bersama–sama dapat dicapai efisiensi yang lebih tinggi misalnya: dalam pengadaan sarana produksi, perkreditan, dan pemasaran hasil. Oleh karena itu dengan fungsi kelompok sebagai unit produksi akan dapat dicapai skala ekonomis usaha yang dapat memberikan keuntungan yang lebih besar kepada para pelaku usaha perikanan.
D. Fungsi Kelompok Sebagai  Organisasi Kegiatan Bersama
Dengan berkelompok maka pelaku usaha perikanan akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan  ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri.
E. Fungsi Kelompok Sebagai Kesatuan Swadaya dan Swadana                   
Kelompok pelaku usaha perikanan adalah kumpulan pelaku usaha perikanan yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak  akan dapat terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut. Pelaku utama atau pelaku usaha perikanan diharapkan dapat  mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.
3. Pengelolaan Manajerial Kelompok
Tumbuh dan berkembangnya kelompok-kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat meningkatkan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok. Pelaku utama atau pelaku usaha perikanan diharapkan dapat  mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.
Pengembangan kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usaha perikanan, penguatan kelompok menjadi organisasi kelompok yang kuat dan mandiri.




Rabu, 15 Agustus 2018

HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN LELE


PENDAHULUHAN

     Hama dan penyakit ikan lele banyak ragamnya, beternak lele tanpa memperhitungkan resiko serangan hama dan penyakit akan membawa malapetaka.
 Hasil gambar untuk hama dan penyakit pada ikan lele
Serangan hama dan penyakit ikan lele bisa dihindari dengan memperbaiki manajemen budidaya. Namun meskipun begitu, tetap saja masih ada faktor eksternal yang tidak bisa dielakkan 100 persen. Banyak hal-hal tidak terduga yang bisa terjadi ketika kita membudidayakan ikan lele.
       Sumber hama dan penyakit ikan lele dari faktor internal, antara lain pengaturan pakan yang tidak tepat, benih yang membawa bibit penyakit, sampai pengaturan air yang buruk. Sedangkan dari faktor eksternal antara lain iklim, cuaca, sumber air, serangan wabah regional dan lain sebagainya.
Pengendalian hama ikan lele
       Dalam beternak lele, hama merupakan gangguan yang bersumber dari organisme besar baik yang sifatnya predator, penggangu dan pesaing. Hama ikan lele yang bersifat predator adalah musang, linsang, dan ular. Di daerah perkotaan kucing pun kadangkala menjadi hama yang perlu di waspadai. Selain itu, ada juga katak yang merupakan predator bagi benih lele yang masih kecil.
       Hama yang dikategorikan pengganggu adalah belut, terutama untuk yang beternak lele di kolam tanah. Binatang ini seringkali membuat lubang di pematang sehingga kolam bocor. Hama yang dikategorikan pesaing adalah Ikan gabus atau mujair, karena ikan ini bisa berkembang biak dalam kolam melalui saluran masuk atau keluar air.
    Penanggulangan dari serangan hama bisa dilakukan dengan berbagai hal seperti memagari pinggiran kolam, menyaring jalan masuk dan keluar air, sampai menutup kolam dengan paranet. Apabila kita beternak lele secara intensif, biasanya gangguan hama jarang terjadi karena kolam relatif terawasi terus menerus.
Pengendalian penyakit ikan lele. Penyakit ikan lele hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan tawar lainnya. Penyakit yang biasa menyerang terdiri dari penyakit infeksi yang disebabkan jamur, protozoa, bakteri dan virus. Berikut beberapa penyakit ikan lele yang disebabkan oleh infeksi:
     Penyakit bintik putih (white spot), penyebabnya adalah protozoa dari jenis Ichthyphyhirius multifillis. Penyakit ini menyerang hampir semua jenis ikan air tawar. Pada ikan lele banyak menyerang benih. Bintik-bintik putih tumbuh pada permukaan kulit dan insang. Bila terkena ikan akan mengosok-gosokkan badannya ke dinding atau dasar kolam. Peyakit ikan lele ini dipicu oleh kualitas air yang buruk, suhu air terlalu dingin dan kepadatan tebar ikan yang tinggi. Untuk mencegah agar ikan tidak terkena white spot, pertahankan suhu air pada kisaran 28oC dan gunakan air yang baik kualitasnya. Pengobatan untuk jenis penyakit ikan lele ini antara lain dengan cara merendam ikan dalam larutan formalin 25 cc per meter kubik air ditambah dengan malacit green 0,15 gram per meter kubik air selama 24 jam. Pada ikan lele yang sudah besar, penyakit ini juga bisa dihilangkan dengan memindahkan ikan ke kolam dengan suhu 28oC.
    Penyakit gatal (Trichodiniasis) disebabkan oleh protozoa jenis Trichodina sp. Gejala penyakit ikan lele Trichodiniasis adalah ikan terlihat lemas, warna tubuh kusam dan sering menggosok-gosokan badannya ke dinding dan dasar kolam. Penyakit ikan lele ini menular karena kontak langsung dan juga lewat perantara air. Kepadatan ikan yang terlalu tinggi dan kekurangan oksigen disinyalir memicu perkembangannya. Penyakit ikan lele ini bisa dicegah dengan mengatur kepadatan tebar dan menjaga kualitas air. Penyakit ini bisa dihilangkan dengan merendam ikan dalam larutan formalin 40 ppm selama 12-24 jam.
    Serangan bakteri Aeromonas hydrophila. Penyakit ikan lele yang ditimbulkan bakter ini menyebabkan perut ikan menggembung berisi cairan getah bening, terjadi pembengkakan pada pangkal sirip dan luka-luka disekujur tubuh ikan. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah penumpukan sisa pakan yang membusuk di dasar kolam. Untuk mencegahnya, upayakan pemberian pakan yang lebih tepat dan pertahankan suhu air 28oC. Pengobatan yang paling umum pada ikan benih adalah pemberian antibiotik Oksitetrasiklin (OTC). Caranya dengan mencampurkan OTC dengan pakan, takarannya 50 mg per kg pakan. Berikan selama 7-10 hari. Apabila penyakit ikan lele ini menyerang kolam pembesaran, gantilah air kolam dua kali sehari. Pada saat penggantian air, tambahkan garam dapur dengan takaran 100-200 gram per meter kubik.
    Penyakit Cotton wall disease, penyebabnya bakteri Flexibacter Columnaris. Bakteri ini menyerang organ dalam seperti insang. Gejala yang ditimbulkannya adalah terjadi luka atau lecet-lecet pada permukaan tubuh, ada lapisan putih atau bintik putih, gerakan renang lambat dan ikan banyak mengambang. Faktor pemicunya adalah pembusukan sisa pakan didasar kolam dan suhu air yang naik terlalu tinggi. Pencegahannya dengan mengontrol pemberian pakan dan mempertahankan suhu air pada 28oC. Apabila ada anggaran lebih, berikan vaksin pada benih ikan. Utuk mengobati penyakit ikan lele adalah dengan memberikan OTC 50 mg per kg pakan yang diberikan 7-10 hari. Cara lainnya, rendam ikan dalam larutan OTC dengan dosis 3-5 ppm selama 12-24 jam. Ikan lele yang diberi antibiotik baru bisa dikonsumsi setelah dua minggu.
    Penyakit karena serangan Channel catfish virus (CCV). Virus ini tergolong kedalam virus herpes. Ikan yang terinfeksi tampak lemah, berenang berputar-putar, sering tegak vertikal di permukaan, dan pendarahan dibagian sirip dan perut. Faktor pemicu penyakit ikan lele ini adalah fluktuasi suhu air, penurunan kualitas air dan kepadatan tebar yang tinggi. Untuk mencegah serangan virus ini adalah dengan cara memperbaiki manajemen budidaya, menjaga kebersihan kolam dan pemberian pakan yang berkualitas. Pengobatan ikan yang telah terinfeksi jenis virus ini belum diketahui. Namun penyakit ikan lele ini bisa pulih dengan meningkatkan kebersihan kolam seperti mengganti air kolam hingga ikan terlihat pulih.
      Selain penyakit ikan lele di atas, terdapat juga sejumlah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi melainkan disebabkan oleh kondisi lingkungan, seperti keracunan dan lain sebagainya. Berikut beberapa penyakit non-infeksi yang penting diketahui dalam beternak lele:
     Penyakit kuning (Jaundice), penyakit ini akibat dari kesalahan nutrisi pakan. Penyebabnya antara lain kualitas pakan yang buruk, seperti telah kadaluarsa atau pakan disimpan di tempat lembab sehingga pakan rusak. Beberapa keterangan mengatakan jaundice bisa disebabkan oleh pemberian jeroan atau ikan rucah secara kontinyu. Keterangan lain mengatakan serangan jaundice bisa datang apabila dalam air kolam banyak terdapat alga merah.
    Pecah usus atau Reptured Intestine Syndrom (RIS). Penyakit ikan lele ini terlihat dari gejalanya yang khas yaitu pecahnya usus. Penyebabnya adalah pemberian pakan yang berlebihan. Ikan lele merupakan ikan yang rakus, berapapun pakan yang kita berikan akan disantapnya sehingga akan memecahkan usus bagian tengah atau belakang. Untuk menghindarinya, lakukan pengaturan pemberian pakan yang efektif. Kebutuhan pakan ikan lele per hari adalah 3-6% dari berat tubuhnya dan harus diberikan secara bertahap, pagi, siang, sore atau malam hari.
    Kekurangan vitamin, kasus kekurangan vitamin yang paling sering pada ikan lele adalah kekurangan vitamin C. Kekurangan vitamin ini akan mengakibatkan tubuh ikan bengkok dan tulang kepala retak-retak. Apabila terlihat penyakit ikan seperti ini, berikan vitamin mix yang banyak dijual di pasar. Dosisinya 1 gram per kg pakan lele diberikan selama 5-7 hari.
    Penyakit keracunan, penyakit ini ditimbulkan karena faktor lingkungan seperti air yang tercemar pestisida, atau akibat kimia industri lainnya. Untuk menanggulanginnya, usahakan penggantian air kolam minimal sebanyak 20% setiap dua kali sehari.

sumber :
http://www.ilmuhewan.com/cara-pengendalian-hama-dan-penyakit-pada-ikan-lele/ 

Kamis, 09 Agustus 2018

13 KESALAHAN DALAM BUDIDAYA LELE



Setiap usaha budidaya pastilah menginginkan hasil produksi yang maksimal, namun sering saya temukan pada beberapa kasus banyak pembudidaya lele bukannya untung malah rugi akibat gagal panen.
 Hasil gambar untuk budidaya lele
Ada banyak kesalahan yang dilakukan oleh pembudidaya khusus nya bagi pemula yang kelihatannya sepele alias kecil namun memberi efek besar bagi keberhasilan budidaya lele.
Adapaun kesalahan yang sering dialakukan pemula yaitu :

1. Bibit Ikan Yang Buruk
Bibit merupakan salah satu penunjang keberhasilan budidaya ikan. Kualitas yang buruk mengakibatkan bibit mudah mati, tidak tahan dengan perubahan iklim, dan suhu. Bibit juga akan gampang terkena penyakit.

Pastikan bibit yang anda budidayakan dari Balai Perikanan atau setidaknya dari pembudidaya profesional yang kualitas bibitnya dapat dijamin.

2. Persiapan Kolam Yang Tidak Maksimal
Jika ingin membudidayakan lele sebaiknya tidak usah tergesa-gesa. Santai saja pastikan dahulu posisi kolam, kondisi kolam, apakah sudah memenuhi standard.

Sebelum ikan dimasukan pastikan kolam sudah difermentasi dengan melakukan beberapa treatment khusus.

3. Memberi Pakan Saat Hujan
Hujan dapat mengakibatkan suhu dan kondisi air didalam kolam menjadi tidak stabil. Akibat air hujan maka pH air akan turun, sebaiknya jangan memberi pakan pada saat keadaan kolam tidak stabil karena dapat mengakibatkan ikan menjadi stress dan terkena penyakit akibatnya berujung pada kematian.

Pakan dapat diberi minimal 1 jam setelah hujan redah, tunggu keadan dan suku kolam kembali stabil.

4. Sirkulasi Air Terlalu Deras

Umumnya lele dapat hidup dan berkembang tanpa menggunakan sirkulasi air. Secara konvensional lele dibudidayakan di kolam terpal, beton, atau kolam tanah tanpa menggunakan pompa air.
Sirkulais air yang terlalu deras dapat mengakibatkan ikan lele menjadi stres yang ditandai dengan produksi lendir yang berlebihan, ikan menjadi lemas, nafsu makan menurun, dan akan sangat mudah terkena penyakit.

5. Penyortiran Yang Terlambat
Minimal lakukan penyortiran pada ikan 3-4 minggu sekali. Penyortiran yang telat maka akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi tidak rata.

Ikan yang ukuran lebih besar akan sangat agresif dalam berburu makanan, alahasil ikan yang lebih kecil tidak akan kebagian makanan.
Sebaiknya dalam satu siklus bidiaya penyortiran dilakukan 2-3 kali sampai panen, sesuai dengan ukuran permintaan pasar.
Perlu diperhatikan dalam budidaya lele jangan hanya membuat satu kolam saja, karena pada saat pensortiran anda akan kewalahan. Siapkan kolam lebih dari 2 dan usahakan kolam tersebut sudah difermentasi terlebih dahulu dan sudah ready, ikan siap dimasukan.

6. Pemberian Pakan Jeroan Secara Kontiniu atau Terus Menerus.
Pakan jeroan seperti usus ayam atau ikan, sangat baik untuk si kumis, selain harga yang murah dapat juga meningkatkan bobot pertumbuhan ikan.

Namun perlu di perhatikan pemberian pakan jeroan secara kontiniu dapat menyebabkan penyakit tertentu pada ikan seperti penyakit kuning.
Beri perhatian khusus bagi si kumis karena dia berharga buat anda. Berharga dalam menambah income. hahaha

7. Kualitas Pakan Yang Buruk

Si kumis termasuk ikan yang rakus, apa aja pakan yang masuk langsung diumbat.

Tapi perlu diperhatikan jangan sembarangan memberi si kumis pakan, mentang-mentang rakus. Kualitas pakan perlu diperhatikan.
Jangan pernah memberi pakan yang sudah kadaluarsa atau sudah jamuran.

8. Cara Pemberian Pakan Pelet yang Salah

Bagi pembudidaya pemula cara pemberian pelet pada si kumis perlu diperhatikan. Jangan asal main tebar saja sekehendak hati.

Perlu diketahui karakteristik pelet pada saat dimasukkan kedalam air, pelet akan mengembang. Nah sebaiknya sebelum ditebar kedalam kolam sebaiknya perciki pelet yang akan diberi dengan air hangat agar pelet mengembang.

9. Tidak Memberi Vaksin

Ikan lele juga perlu mendapatkan vaksin agar daya tahan tubuh lebih kuat. Banyak pembudidaya mengabaikan hal ini, alahasil ketika suhu dan keadaan kolam tidak stabil si kumis mudah terserang penyakit.

10. Tidak Melakukan Adaptasi Dulu Sebelum Bibit Ditebar Dikolam
Ini juga penting diperhatikan, biasanya ikan yang baru pindah dari suatu tempat atau daerah akan mengalami stress dalam perjalanan, selain itu si kumis juga tidak dapat langsung beradaptasi dengan lingkungan baru nya.

Biasanya bibit ikan yang tidak mengalami proses adaptasi akan banyak mati pada saat berumur 1-2 minggu.

Maka dari itu proses aklimatisasi atau adaptasi perlu dilakukan.

Caranya bibit ikan lele yang baru datang jangan langsung ditebar di kolam. Masukkan ikan yang masih didalam plastik kedalam kolam biarkan dahulu 1-2 jam.

Setelah itu buka penutup plastik biarkan ikan keluar perlahan dari plastik beserta airnya.

* Puasakan dulu bibit 2-3 hari baru diberi makan.

11. Padat Tebar Terlalu Tinggi

Banyak kasus budidaya lele akibat dari padat tebar terlalu tinggi si kumis rentan terkena berbagai penyakit.

Jika padat tebar terlalu tinggi si kumis akan berebut makan dan pasti tidak semua mendapat porsi makan yang sama, alahasil pertumbuhan menjadi tidak seragam dan ini mengakibatkan lele menjadi kanibal alias memangsa lele yg ukurannya lebih kecil.

Padat tebar yang baik biasanya untuk ukuran 3m*4m mampu menampung 2500-3000 bibit lele.

12. Management Pakan Yang Tidak Baik

Hal ini perlu diperhatikan. Jangan sesekali memberi pakan berlebih pada si kumis.

Pakan sisa akan mengendap di dasar kolam dan menjadi racun. Sisa-sisa pakan akan menaikkan pH kolam karena bersifat amoniak.

Tentunya ini akan menjadi sarang penyakit bagi si kumis.

Perlu diperhatikan management pakan yang baik. Berilah si kumis pakan teratur, sesuai dengan takar dan umur si kumis.

13. Sterilisasi Peralatan dan Kolam

Setelah panen perlu diperhatikan kebersihan peralatan dan kolam. Sebelum memasukkan bibit baru, ada baiknya terpal perlu dilakukan treatment dahulu agar penyakit yang ada pada ikan terdahulu tidak ikut terbawa.

Selain itu peralatan yang digunakan perlu disterilisasi dengan mennggunakan alkohol.

Sumber: https://talitakumindonesia.blogspot.com/2017/05/jangan-lakukan-13-kesalahan-ini-kalau.html

Kamis, 02 Agustus 2018



CARA PEMBENIHAN IKAN GABUS BAGI PEMULA


Cara Pembenihan Ikan Gabus


Ikan Gabus adalahsalah satu jenis ikan yang hidup di perairan air tawar dan banyak ditemukan di perairan danau, rawa, sungai, ataupun sawah. Ikan dengan nama ilmiah Channa striata ini memiliki ukuran yang cukup besar, tubuhnya gilig memanjang, bagian atas tubuhnya memiliki warna hitam kecoklatan atau kehijauan,bagaian bawah tubuh berwarna putih serta bagian samping ikan terdapat corak yang agak kabur. Makanan ikan ini adalah berbagai ikan kecil dan hewan air lainnya, serta serangga.

Ikan Gabus diketahui kaya akan kandungan gizi diantaranya Albumin yaitu salah satu jenis protein penting yang diperlukan tubuh terutama untuk membantu penyembuhan luka dan masih banyak lainnya.

Karena kandungan gizi yang dimiliki oleh Ikan Gabus ini, banyak orang yang mulai melakukan budidaya. namun sebelum melakukan budidaya, kalian harus tahu mengetahui cara pembenihan ikan gabus ini. Berikut ini cara pembenihan ikan gabus:
Cara Pemijahan Ikan Gabus
Pemilihan Indukan Ikan Gabus

Ikan gabus yang akan dipijahkan sebaiknya berumur lebih dari 1 tahun dengan berat sekitar 1 hingga 1,5 kg karena berat dapat menentukan jumlah telur tang akan dihasilkan oleh ikan.
Cara membedakan jantan dan betina ikan gabus dapat dilihat dari fisik:

Jantan
Ikan gabus jantang memiliki kepala lonjong, memiliki warna tubuh yang lenih gelap, lubang genitalnya memerah dan jika bagian perutnya diurut maka akan mengeluarkan cairan putih bening.

Betina
Betina memiliki kepala membulat, memiliki warna tubuh yang lebih terang, perut membesar dan lembek dan apabila diurut akan keluar telur.
Pemijahan Ikan Gabus

Proses pemijahan ikan gabus dapat dilakukan di bak beton atau fiberglass. Siapkan dahulu bak beton berukuran sekitar 5 m untuk panjang, 3 meter untuk lebar dan 1 meter untuk tingginya. Setelah kolam jadi, kolam dikeringkan terlebih dahulu selama 3 hingga 4 hari, masukkan air dengan ketinggian sekitar 50 cm dan biarkan mengalir selama pemijahan.

Berikan tanaman air seperti enceng gondok hingga menutupi sebagian permukaan bak kolam sebagai perangsang pemijahan. Setelah itu, masukkan sekitar 30 ekor induk gabus betina dan 30 ekor induk gabus jantan dan biarkan mereka melakukan pemijahan.
Pemeliharaan Larva Ikan Gabus

Proses penetasan dan pemeliharaan larva atau telur ikan gabus dapat dilakukan saat larva telah berumur sekitar 2 hari hingga 15 hari. Siapkan kolam atau akuarium dengan kepadatan 5 ekor ikan gabus per liter air. Setelah memasuki umur 2 hari , larva dapat diberi pakan seperti naupli artemia, cacing sutera dan kutu air.

Setelah benih berumur 2 minggu, benih dapat diberi pakan berupa pelet apung. Pemberian pakan pelet tersebut dilakukan secara bertahap hingga benih berumur sekitar 1 bulan. Pada saat berumur 1 bulan, ukuran benih telah mencapai 5 hingga 7 cm. Pembiasaan pemberian pakan pelet bagi benih gabus ini dipercepat dengan mencampurakan benih nila ukuran 0,8 hingga 1 cm sebanyak 10% hingga 15% dari total semua benih ikan gabus yang ada. Nila akan memakan cepat pakan yang diberikan sehingga akan meningkatkan suasana persaingan makan sehingga ikan gabus mengikutinya.

Demikian artikel pembahasan tentang”Panduan Lengkap Cara Pembenihan Ikan Gabus Yang Baik dan Benar Bagi Pemula“, semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan kami berikutnya.

Sumber :

Sumber: http://www.faunadanflora.com/panduan-lengkap-cara-pembenihan-ikan-gabus/

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...