Jumat, 14 Desember 2018

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets) di wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia dilarang.
Penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik telah mengakibatkan menurunnya sumber daya ikan dan mengancam kelestarian lingkungan sumber daya ikan. Karena itu, dipandang perlu untuk dilakukan pelarangan penggunaan alat penangkapan ikan pukat hela dan pukat tarik.
Pukat hela adalah semua jenis alat penangkapan ikan berbentuk jaring berkantung, berbadan dan bersayap. Pengoperasian alat penangkapan ikan pukat hela dilakukan dengan cara menghela pukat di sisi atau di belakang kapal yang sedang melaju. Pengoperasiannya dilakukan pada kolom maupun dasar perairan, umumnya untuk menangkap ikan pelagis ataupun ikan demersal.
Sementara itu, pukat tarik adalah kelompok alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasian pukat tarik (seine net) dilakukan dengan cara melingkari gerombolan ikan pelagis atau ikan demersal dengan menggunakan kapal atau tanpa kapal.
Pukat hela dan pukat tarik memiliki jenis yang bermacam-macam sesuai jenis ikan yang ditangkap. Berikut jenis dari masing-masing alat tangkap pukat hela dan pukat tarik yang perlu Anda ketahui.
  1. Jenis-jenis pukat hela (trawl)
  2. Pukat hela dasar (bottom trawl)
  • Pukat hela dasar berpalang (beam trawls)
  • Pukat hela dasar berpapan (otter trawls)
  • Pukat hela dasar dua kapal (pair trawls)
  • Nephrops trawl (nephrops trawl)
  • Pukat hela dasar udang (shrimp trawl)
  1. Puka hela pertengahan (midwater trawls)
  • Pukat hela pertengahan berpapan (otter trawls)
  • Pukat hela pertengahan dua kapal (pair trawls)
  • Pukat hela pertengahan udang (shrimp trawl)
  • Pukat hela kembar berpapan (otter twin trawls)
  • Pukat dorong
  1. Jenis-jenis pukat tarik (seine nets)
  2. Pukat tarik pantai (beach seines)
  3. Pukat tarik berkapal (boat or vessel seines)
  • Dogol (danish seines)
  • Scottish seines
  • Pair seines
  • Payang
  • Cantrang
  • Lampara Dasar
Sumber :
  • https://www.pertanianku.com/jenis-alat-tangkap-ikan-yang-dilarang-pemerintah/
  • https://bisnis.tempo.co/read/833111/selain-cantrang-pemerintah-larang-alat-tangkap-ikan-ini

Rabu, 12 Desember 2018

PERSIAPAN KOLAM TANAH UNTUK BUDIDAYA IKAN


Tahapan Membuat Kolam Tanah untuk Ikan Lele, Ikan Nila, Ikan Mas dan Ikan Air Tawar Lainnya
Budidaya Perikanan – Setelah kolam selesai dibuat, kolam tidak bisa langsung diisi air dan benih ikan. Beberapa hal harus dipersiapkan terlebih dahulu sampai kolam benar-benar siap untuk digunakan. Persiapan ini bukan hanya berlaku untuk kolam baru tetapi juga harus dilakukan pada kolam yang sudah lama dan sering digunakan untuk budidaya ikan. Kolam bekas budidaya harus disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan kembali, sebab besar kemungkinan kolam tersebut banyak mengandung mikroorganisme berbahaya yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada ikan. Persiapan kolam baru maupun kolam lama harus dilakukan dengan matang sampai kolam benar-benar siap dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Dalam kegiatan budidaya ikan air tawar di kolam tanah maupun kolam tembok persiapan kolam merupakan kegiatan wajib yang harus dilakukan. Tahapan-tahapan mempersiapkan kolam budidaya tersebut meliputi pengeringan kolam, perbaikan pematang atau tanggul kolam, pengolahan tanah dasar kolam, perbaikan saluran pemasukan dan pengeluaran air, pemupukan dasar kolam dan pengapuran.
Berikut ini cara dan tahap-tahap dalam mempersiapkan kolam untuk budidaya ikan air tawar ;
1.    Cara Pengeringan Kolam
Pengeringan atau penjemuran dasar kolam merupakan hal yang harus dilakukan sebelum budidaya dimulai. Pengeringan dasar kolam ini bertujuan untuk mensterilkan kolam dari bakteri pembusuk dan mikroorganisme penyebab penyakit lainnya. Pengeringan ini juga berfungsi untuk membuang racun sisa dekomposisi selama budidaya sebelumnya. Dengan kata lain, pengeringan dilakukan untuk membunuh atau mensterilkan kolam dari berbagai hama dan penyakit ikan. Pada kolam pemijahan, pengeringan dasar kolam dilakukan dengan tujuan
supaya ikan dapat memijah. Kolam yang dikeringkan selama beberapa hari kemudian diairi akan mengeluarkan bau tertentu yang disebut petrichor, bau tersebut dapat merangsang induk ikan untuk memijah. Lama pengeringan 4 – 5 hari atau
tergantung cuaca, jika cuaca panas pengeringan bisa berlangsung lebih cepat.
2.    Perbaikan Tanggul / Pematang Kolam
Persiapan kolam tanahUntuk mencegah kerugian akibat kebocoran tanggul atau pematang, sebelum melakukan kegiatan budidaya tanggul harus diperbaiki. Kebocoran pada tanggul kolam bisa terjadi karena beberapa penyebab, yakni tanggul longsor atau runtuh dan ulah binatang air. Beberapa jenis binatang air yang seringkali merusak tanggul diantaranya adalah kepiting, belut atau binatang air lainnya. Tanggul atau pematang yang bocor bisa mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit, yakni air kolam tidak stabil dan hilangnya benih ikan. Pada kolam tanah maupun kolam tembok tanggul harus dicek dan diperbaiki terlebih dahulu sebelum kegiatan budidaya dilakukan.
3.    Pengolahan Tanah Dasar Kolam
Persiapan selanjutnya adalah pengolahan dasar kolam. Pengolahan dasar kolam ini hanya dilakukan pada kolam tradisional atau kolam semi intensif, yaitu kolam yang berlantai tanah. Pengolahan dasar kolam dilakukan dengan menangkul dasar kolam dengan kedalaman 10 – 20 cm. Pencangkulan dasar kolam bertujuan supaya tanah lebih gembur dan subur serta mempercepat berlangsungnya proses dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa-senyawa yang beracun yang terdapat di dasar kolam akan menguap. Tanah dasar kolam kemudian diratakan dan dibuat saluran atau kemalir ditengah kolam. Saluran atau kemalir ini berfungsi sebagai tempat berlindung benih ikan dari teriknya matahari serta untuk memudahkan saat memanen ikan. Setelah dicangkul kemudian dikeringkan atau dijemur selama 4 – 5 hari.
4.    Perbaikan / Pembuatan Saluran Keluar dan Saluran Masuk Air
Selanjutnya adalah membuat atau melakukan perbaikan pada saluran keluar dan saluran masuknya air. Agar benih ikan tidak keluar kolam, pada saluran masuk dan saluran keluarnya air diberi saringan.
5.    Pengapuran Dasar Kolam
Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan dasar kolam. Dasar kolam yang sudah dicangkul kemudian ditaburi kapur secara merata dan dicangkul lagi supaya kapur tercampur rata dengan tanah. Tujuan dari pengapuran ini adalah untuk menjaga pH tanah dan air tetap stabil. Pengapuran juga berfungsi untuk membunuh hama dan penyakit. Beberapa jenis kapur yang dapat digunakan untuk pengapuran dasar kolam antara lain kapur karbonat (CaCO3 atau CaMg(CO3)) dan CaO (kapur tohor/kapur aktif).
Dosis pemberian kapur sebaiknya tepat sesuai dengan kebutuhan. Kapur tidak boleh berlebihan ataupun kekurangan. Jika dosis kapur berlebihan dapat menyebabkan kolam tidak subur, dan jika kekurangan dasar kolam akan menjadi masam atau ber pH rendah. pH yang ideal untuk budidaya ikan adalah netral, yaitu angka pH berada pada angka 7 – 8. Dosis kapur untuk pengapuran kolam antara 100 – 200 gram/m2 atau disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk lebih jelasnya berapa dosis kapur yang diperlukan sebaiknya pH tanah dasar kolam diukur terlebih dahulu. Semakin rendah pH tanah dasar kolam maka semakin banyak kapur yang dibutuhkan.
6.    Dosis Kapur (Kapur Tohor (CaO)) pada Beberapa Jenis Tanah
Dosis kapur yang akan ditebarkan harus tepat ukurannya karena jika berlebihan kapur akan menyebabkan kolam tidak subur, sedangkan bila kekurangan kapur dalam kolam akan menyebabkan tanah dasar kolam menjadi masam. Sebagai acuan dalam memberikan kapur pada kolam budidaya ikan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tetapi ada juga para petani menggunakan dosis kapur berkisar antara 100 – 200 gram/m2 hal ini dilakukan bergantung kepada keasaman (nilai pH).
7.    Pemupukan Dasar Kolam
Persiapan kolam yang terakhir adalah pemupukan dasar kolam. Tujuan dari pemupukan dasar kolam adalah untuk
meningkatkan kesuburan kolam dan memperbaiki struktur tanah. Fungsi lainnya dari pemupukan dasar kolam adalah untuk menumbuhkan pakan alami ikan, yakni zooplankton dan phytoplankton. Selain itu pemupukan juga dapat menghambat peresapan air pada tanah-tanah gembur (porous).

Pupuk yang digunakan untuk dasar kolam yaitu pupuk organik dan bisa juga ditambahkan pupuk buatan. Pupuk organik yang dimaksud adalah pupuk dari kotoran ternak (kotoran sapi, kerbau, kuda, ayam atau itik). Pupuk kandang yang digunakan hendaknya yang sudah lama atau sudah dikeringkan. Jenis pupuk buatan yang dapat digunakan antara lain adalah pupuk nitrogen (urea, ZA), pupuk phosphor (TSP), pupuk kalium (KCl) dan pupuk NPK yang merupakan gabungan dari ketiga hara tunggal.

Dosis pupuk kandang juga bergantung kepada kesuburan kolam ikan, biasanya berkisar antara 100-150 gram/m2, sedangkan untuk kolam yang kurang kesuburannya dapat  ditebarkan kotoran ayam sebanyak 300 – 500 gr/m2 . Dosis yang digunakan untuk pupuk buatan biasanya berkisar antara 200-300 gram/m2. Kolam dapat juga dipupuk menggunakan TSP dan Urea masing-masing sebanyak 10 gr/m2 dan kapur pertanian sebanyak 25 – 30 gr/ m2 atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. 7 – 10 hari kemudian kolam siap untuk diairi.
8.    Pengairan Kolam
Setelah semua proses diatas diselesaikan, selanjutnya kolam diisi air. Kolam yang telah dikeringkan, dikapur dan di pupuk tersebut lalu diairi agar pakan alami di kolam tersebut tumbuh dengan subur. Pengairan ini harus dilakukan minimal 4 –7 hari sebelum benih ikan di tebar ke dalam kolam pemeliharaan agar pakan alami tumbuh dengan sempurna. Pertama kolam diisi air dengan kedalaman 15 – 20 cm, 4-7 hari kemudian ketinggian air ditambah hingga 60 – 75 cm. Tanda-tanda air kolam yang sudah siap untuk di tebar benih ikan adalah jika air sudah berwarna kehijauan. Ketinggian air di kolam ikan ini bergantung pada jenis kolam, untuk kolam pemijahan ketinggian air 0,75-1,00 m, kolam pemeliharaan 1-1,25 m.

Sumber :
  • https://alamtani.com/persiapan-kolam-tanah/
  • http://penyuluhpi.blogspot.com/2018/04/tahapan-persiapan-kolam-tanah-sebelum.html

Selasa, 11 Desember 2018



PENYAKIT PADA IKAN PATIN

PENDAHULUAN

Budidaya ikan patin adalah salah satu budidaya yang cukup menguntungkan. Dengan modal yang terjangkau, usaha ini juga tidak membutuhkan waktu yang banyak. Namun jangan salah, banyak juga kendala yang dialami para petani ikan patin. Salah satunya adalah kematian ikan. Kematian ikan biasanya dikarenakan oleh faktor internal dan faktor eksternal ikan. Faktor internal contohnya adalah dikarenakan ikan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan kolam. Sedangkan kematian yang disebabkan oleh faktor eksternal ikan contohnya adalah dikarenakan serangan dari ikan lain, serangan dari binatang lain, ataupun disebabkan oleh penyakit. Banyak sekali penyakit yang menjangkit ikan patin. Penyakit penyakit ini jika tidak segera diatasi bisa menyebabkan kematian pada ikan. Berikut ini akan saya sampaikan beberapa faktor eksternal penyebab kematian ikan patin dan cara pengobatnnya.

 Hasil gambar untuk IKAN PATIN SAKIT

Jenis Penyakit Ikan Patin dan Cara Pengobatannya

Penyakit ikan patin biasanya disebabkan oleh adanya infeksi dan non-infeksi. Penyakit infeksi adalah penyakit yang timbul akibat adanya faktor patogen (kuman). Penyakit infeksi ini mudah sekali menular. Penyakit infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen (kuman). Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya parasit, jamur, bakteri, dan virus. Sedangkan penyakit non -  infeksi adalah penyakit yang tidak menular. Penyakit non-infeksi yang sering ditemukan pada ikan adalah keracunan dan kurang gizi pada ikan.

1. Penyakit akibat parasit

Penyakit parasit yang biasanya menjangkit pada ikan penyakit adalah seperti adanya bintik putih (white spot) pada tubuh ikan. Hal ini disebabkan karena adanya infeksi Ichtyophthirius multifiliis. Penyakit ini biasanya menjangkit benih ikan yang masih berumur 1 – 6 minggu. Penyakit ini termasuk penyakit yang menular ke ikan yang lain. Gejala yang terlihat pada ikan ketika terjangkit penyakit ini adalah dengan adanya bintik-bintik putih di lapisan lendir kulit, dan sirip dan lapisan insang sehingga ikan berenangnya terlihat tidak normal lagi. Penyakit white spot (bintik putih) ini disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet.

Cara Pengendalian

    Siapkan bak berisi air bersih
    Masukkan satu gram metil biru dalam 100 cc air ke dalam bak berisi air bersih tadi.
    Ikan yang terjangkit penyakit tadi, dimasukkan ke dalam bak air yang bersih yang sudah dicampur dengan cairan metil biru.
    biarkan ikan di dalam bak berisi larutan tadi selama kurang lebih 24 jam.
    Lakukan pengobatan berulang-ulang hingga penyakit ikan menghilang.

2. Penyakit jamur

Penyakit jamur pada ikan biasanya terlihat pada insang ikan yang terlihat adanya benang-benang halus seperti kapas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh kondisi air yang jelek. Selain itu penyakit ini juga dapat menyerang ikan patin disebabkan adanya luka-luka di badan tubuh ikan. Jamur yang sering menyerang adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp.  Gejala yang terlihat pada ikan yang terjangkit penyakit jamur diantaranya adalah adanya luka di bagian tubuh terutama di tutup insang, sirip dan bagian punggung ikan. Bagian-bagian tersebut terlihat ditumbuhi oleh benang-benang halus seperti kapas berwarna putih hingga kecoklatan.


Cara Pengobatan

Menjaga kebersihan kolam dan kualitas air agar kondisinya selalu ideal bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati. Cara pengobatan ikan dapat dilakukan dengan cara  merendam ikan yang sakit dengan larutan malachyt green oxalate sejumlah 2 –3 g/m air (1 liter) selama 30 menit, dan di ulang sampai tiga hari berturut- turut.


3. Penyakit bakteri

Salah satu penyakit yang juga sering menyerang ikan patin adalah bakteri. Jenis bakteri yang sering menyerang ikan patin adalah jenis Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Gejala yang terlihat pada ikan patin yang terjangkit penyakit ini adalah akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip. Selain itu cairan lendir di tubuh ikan akan berkurang sehingga ketika kita raba tubuh ikan terasa kasar. Bakteri yang sering menyerang ikan patin adalah jenis Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. Penyakit bakteri pada ikan patin ini termasuk penyakit yang mudah sekali menular, sehingga ikan yang terserang dan penyakit ini dan keadaannya cukup parah harus segera dimusnahkan.

Cara Pengobatan

    rendamlah ikan dalam larutan kalium permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30–60 menit.
    rendamlah ikan dalam larutan nitrofuran 5- 10 ppm selama 12–24 jam.
    rendamlah ikan dalam larutan oksitetrasiklin 5 ppm selama 24 jam.


4. Keracunan dan kurang gizi

Keracunan dan kurang gizi pada ikan sering kali disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan berkuman ataupun dikarenakan pencemaran lingkungan perairan. Gejala keracunan dapat diidentifikasi dari tingkah laku ikan. Diantaranya :

Ikan akan lemah, berenang megap-megap dipermukaan air. Pada kasus yang berbahaya, ikan berenang terbalik dan mati. Pada kasus kurang gizi, ikan tampak kurus dan kepala terlihat lebih besar, tidak seimbang dengan ukuran tubuh, kurang lincah dan perkembangan tidak normal. banyaknya benih ikan yang mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.

 Cara Pengobatan

Cara pengobatan ikan yang keracunaan adalah dengan mengganti air dengan air yang mengalir dan membuat air tersebut terus mengalir. Hal ini diharapkan bisa membuang makanan atau sisa makanan yang ada disekitar kolam bisa terbuang keluar semuanya.



Sumber: http://infousahaternakku.blogspot.com

Selasa, 04 Desember 2018

TEKNIK BUDIDAYA IKAN BELIDA



PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai banyak keragaman ikan di perairan umum, tercatat 973 jenis ikan mendiami perairan umum. Keragaman jenis ikan tersebut merupakan harta alam yang tidak ternilai, khususnya bagi ilmu pengetahuan. Selain itu, sumber protein hewani murah, khususnya bagi masyarakat di pedalaman, sebagai salah satu sumber mata pencaharian dan pendapatan, baik masyarakat daerah, dan nasional, serta sebagai budaya bagi masyarakat tertentu.
Salah satu penghuni perairan umum adalah ikan belida (Notopterus Chitala). Bagi masyarakat Sumatera Selatan, ikan belida sudah tidak asing lagi. Ikan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama makanan khas daerah mereka seperti empek-empek, kerupuk, dan kemplang. Orang dikatakan belum ke Palembang kalau belum mencicipi makanan khas tersebut.
Hasil gambar untuk IKAN BELIDA 

DISKRIPSI IKAN BELIDA

Secara taksonomi, ikan belida dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Phylum                                :     Chordata
Kelas                                   :     Pisces
Sub-Kelas                            :     Teleostei
Ordo                                    :     Isospondyli
Family                                 :     Notopteridae
Genus                                  :     Notopterus
Spesies                                :     Notopterus Chitala
Di setiap daerah, ikan belida mempunyai nama spesifik, yaitu belido (Sumatera Selatan dan Jambi), belida (Kalimantan Barat) dan ikan pipih (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah). Nama dagang ikan belida adalah knife fishes. Ikan belida ini dapat tumbuh hingga mencapai 87,5 cm. Di Sumatera Selatan (sungai Lempuing), ikan belida berukuran 83 cm dengan bobot 6 kg pernah ditemui (Adjie & Utomo, 1994).
Ikan belida menghuni perairan sungai dan rawa banjiran di bagian tengah dari daerah aliran sungai (DAS). Pengamatan   DAS  Musi  menunjukkan   bahwa   ikan   belida banyak ditemui di sungai yang banyak terdapat rantingatau kayu dan diperairan rawa banjiran yang berhutan. Tempat tersebut merupakan habitat ikan belida untuk menjalankan siklus kehidupannya, mulai mematangkan gonad, memijah, merawat telur, merawat anakan hingga tumbuh besar menjadi induk. Habitat pemijahan induk ikan belida yaitu bagian perairan yang mempunyai kedalaman dari 1,5-2 m. Selama musim kemarau, ikan belida menghuni anak sungai dan ia akan menyebar ke perairan sekitarnya (rawa banjiran dan persawahan) selama musim penghujan. 

Ikan belida mempunyai bentuk badan pipih. Pola pertumbuhannya mengikuti alometrik. Ikan belida betina lebih gemuk dari pada ikan jantan. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, ikan belida menyantap ikan sebagai menu utamanya dan udang serta serangga air sebagai menu pelengkanya, sehingga ikan belida dapat dikategorikan ke dalam ikan buas (karnivora).
Menurut Adjie & Utomo (1994), ikan belida berukuran lebih dari 50 cm sudah memasuki usia dewasa dan diduga berusia lebih dari 3 (tiga) tahun.  Selanjutnya jumlah telur pada ikan belida ukuran 81-83 cm dengan bobot 4-6 kg per ekor adalah sekitar 1.194 – 8.320 butir.  Pengamatan Adjie et al. (1999)  di  Sungai  Batanghari dari  bulan  Mei – November menunjukkan bahwa ikan belida berukuran 70 – 93 cm dengan bobot 1,9 – 7,0 kg per ekor telah mempunyai telur, namun diameternya bervariasi dari 0,15 – 3,55 mm.  Smith (1945) melaporkan bahwa tidak semua telur ikan belida dikeluarkan pada saat memijah. Menurut Adjie et al. (1999) mengemukakan bahwa puncak musim pemijahan ikan belida terjadi pada bulan Juli (musim kemarau). Nelayan memancing pada musim kemarau dengan menggunakan pancing, empang arat, jaring insang, serta jaring insang khusus dipasang mendatar di permukaan air.      
Dari data produksi secara umum yang diambil dari Statistik Perikanan Indonesia selama 10 tahun (1989 – 1998) Anonim, 2000. secara umum terlihat bahwa produksi ikan belida dicapai pada tahun 1991. setelah itu produksinya cenderung menurun hingga tahun 1995 dan kemudian stabil hingga tahun 1998. penurunan produksi ikan belida tersebut menunjukkan bahwa populasi ikan tersebut sudah terancam kelestariannya. Di Sumatera ikan belida sudah mulai sulit didapat sejak 1995 dan banyak tertangkap di Sumatera Selatan. Sedangkan menurut survei plasma nutfah ikan di DAS Batanghari mengemukakan bahwa ikan belida sudah termasuk jenis ikan yang terancam kelestariannya.

FAKTOR - FAKTOR PENDORONG ANCAMAN KELESTARIAN IKAN BELIDA
1.    Peningkatan Intensitas Penangkapan
Intensitas penangkapan ikan belida di perairan umum terkait dengan peningkatan kebutuhan pasar. Permintaan pasar ikan belida terus meningkat akibat pasar makanan khas Sumatera Selatan tidak terbatas hanya di Sumatera Selatan saja. Hal ini mendorong peningkatan jumlah nelayan dan alat tangkap yang di operasikan untuk menangkap ikan belida. Laju peningkatan mortalitas ikan belida dialam oleh penangkapan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemulihan kembali ketersediaan ikan tersebut dialam sehingga populasi ikan belida cepat berkurang.

2.    Penangkapan Induk Ikan Belida
Sungguhpun penangkapan ikan belida menggunakan alat tangkap sederhana, tetap akan terancam populasinya karena ukuran ikan yang ditangkap adalah besar sudah tergolong induk atau calon induk.  Induk belida dengan bobot 6 kg mengandung telur sebanyak 8.320 butir (Adjie & Utomo, 1994). Jika kita gunakan asumsi bahwa sekitar 1 % dari total telur (fekunditas) ikan belida dengan bobot 6 kg berhasil kembali menjadi induk, maka jumlah sediaan ikan di alam adalah sekitar 80 ekor atau setara dengan 480 kg. Artinya penangkapan satu ekor induk belida akan mengurangi  jumlahikan sebanyak 80 ekor yang mempunyai potensi telur sekitar 640.000 butir. 

3.    Pengoperasian Alat Tangkap Terlarang dan Tidak Ramah Lingkungan
Saat ini, alat tangkap racun sudah meluas digunakan oleh masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar perairan, setiap saat.  Ditambah lagi dengan penggunaan alat tangkap listrik yang menyebabkan kematian ikan secara massal. Di Sumatera Selatan, nelayan juga mengoperasikan jenis alat tangkap tuguk yang di pasang melintang di sungai kecil dan besar. Tuguk dianggap tidak ramah lingkungan karena prinsip kerjanya seperti trawl (pukat harimau) yang sangat tidak selektif.

4.    Peningkatan Tekanan Ekologis oleh Limbah
Sudah menjadi tradisi bahwa sungai merupakan tempat pembuangan limbah, semakin ke hilir, kadar limbahnya semakin tinggi. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), DAS Musi sebagai tempat hidup ikan belida dapat digolongkan ke dalam perairan yang mempunyai tekanan ekologis tinggi di Indonesia dibandingkan dengan Kalimantan (DAS Kapuas).  Penurunan kualitas perairan akibat limbah dapat mengganggu siklus hidup ikan belida.

5.    Pembukaan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur
Pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya menjadi sumber gangguan siklus  kehidupan ikan, termasuk belida. Selama musim hujan tanah terkikis dan menjadi sumber peningkatan tingkat kekeruhan perairan dan pendangkalan perairan. Kekeruhan yang tinggi akan mengganggu proses sintesis fitoplankton dan selanjutnya mempengaruhi struktur komunitas di atasnya, khususnya larva dan ikan kecil yang menggantungkan hidupnya pada plankton. Gangguan tersebut akan mempersempit peluang ikan belida untuk mendapatkan makanan. Sehingga hal demikian akan mengganggu kestabilan ekosistem suatu perairan.
Description: Green nature vector
6.    Proses Penuaan Alami
Proses penuaan tidak bisa dielakkan lagi. Hanya makhluk hidup yang kuat saja yang mampu bertahan hidup. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), perubahan kondisi lingkungan perairan dan penangkapan ikan yang berlebihan dapat menurunkan populasi ikan. Perusakan habitat sangat berbahaya terutama bagi jenis yang hidup endemik yang dapat mengakibatkan kepunahan jenis ikan tersebut. Oleh karena itu kita harus berbuat agar anak cucu kita masih dapat menikmati rasa dan keindahan ikan belida, khususnya bagi masyarakat di Sumatera Selatan.

TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUNAHAN IKAN BELIDA
Di Sumatera Selatan dan Jambi fakta menunjukkan bahwa secara umum ikan belida sudah terancam kepunahan populasinya. Untuk mencegah kepunahan jenis ikan tersebut, maka perlu membuat suatu keseimbangan antara kematian akibat penangkapan dan proses alami dengan rekrutmen sediaan ikan tersebut. Diantara cara mencegah kepunahan ikan belida tersebut adalah :
v Mendirikan suaka perikanan
v Domestikasi
v Penebaran kembali,  dan
v Pengembangan budidaya menjadi alternatif pencegahan kepunahan yang strategis
Suaka perikanan, khususnya daerah pemijahan menjadi penting dalam tindakan mencegah kepunahan ikan belida. Suaka perikanan tersebut akan menajdi peluang kepada ikan belida untuk melakukan proses reproduksinya secara normal.
Domestikasi adalaj upaya manusia untuk menjinakkan ikan liar agar dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi terkontrol sesuai dengan keinginan mereka. Proses domestikasi dapat dimulai pemeliharaan ikan belida ukuran kecil   (benih)  atau   besar  yang  ditangkap  dari  alam  dalam wadah budidaya. Ikan tersebut diberi pakan secara teratur sehingga matang kelamin dan dipijahkan secara terkontrol.
Keberhasilan domestikasi ikan belida akan mendorong pengembangan budidaya yang dapat mengurangi tekanan penangkapan. Selain itu benih hasil pemijahan dapat ditebar kembali ke perairan umum.     


DAFTAR PUSTAKA
Balai Riset kelautan dan Perikanan (2002). Warta Penelitian Perikanan Indonesia.
Yayan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Belida Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...