Jumat, 17 November 2017

PEMBENIHAN IKAN LELE

Terdapat dua segmen usaha dalam budidaya ikan lele, yakni usaha pembesaran dan usaha pembenihan. Para peternak pembesaran biasanya tidak membenihkan sendiri. Lebih praktis bagi mereka untuk membeli benih dari peternak benih. Karena usaha pembenihan ikan lele memerlukan tingkat keterampilan dan ketelitian yang lebih tinggi.
Cara pemeliharaan dan perlakuan budidaya pembesaran berbeda dengan budidaya pembenihan. Akan lebih baik apabila peternak fokus terhadap salah satu segmen usaha tersebut. Setelah sebelumnya kami membahas segmen pembesaran ikan lele, kali ini kami akan membahas cara pembenihan ikan lele. Untuk mengetahui lebih jauh silahkan simak terus artikel ini.

Seleksi indukan ikan lele

Memilih indukan untuk pembenihan ikan lele hendaknya dimulai sejak calon indukan masih berukuran sekitar 5-10 cm. Pilih ikan lele yang mempunyai sifat-sifat unggul seperti tidak cacat, memiliki bentuk tubuh yang baik, gerakannya lincah, pertumbuhannya paling cepat dibanding lainnya. Kemudian pelihara calon-calon indukan unggul tersebut dalam kolam pemeliharaan tersendiri. Pemeliharaan calon indukan akan lebih baik bila diperlakukan lebih istimewa, dengan memberikan pakan berkualitas dan pengairan yang bagus.
Penyeleksian terhadap calon indukan untuk pembenihan ikan lele dilakukan setiap 2 minggu sekali. Jangan lupa pisahkan berdasarkan ukuran agar tidak saling kanibal. Lakukan secara berkala sampai mendapatkan indukan yang benar-benar baik. Ikan lele jantan bisa dijadikan indukan setelah berumur 8 bulan, sedangkan untuk lele betina setidaknya berumur satu tahun. Bobot indukan yang baik setidaknya mencapai 0,5 kg.
Setelah calon-calon indukan cukup umur dan ukuran, pilih indukan-indukan yang terlihat bugar, bebas penyakit dan bentuk tubuh yang bagus untuk proses pemijahan. Indukan yang akan dipijahkan sebaiknya dipelihara dalam kolam khusus. Pisahkan antara jantan dan betina agar tidak terjadi pembuahan diluar rencana.
Kolam khusus berfungsi untuk memelihara calon induk sampai siap matang gonad. Berikan pakan dengan mutu baik untuk mempercepat kematangan gonad. Jumlah pakan yang harus diberikan pada calon induk setidaknya 3-5% dari bobot tubuhnya setiap hari dan diberikan dengan frekuensi 3-5 kali sehari. Kepadatan kolam untuk pemeliharan indukan ini tidak boleh lebih dari 6 ekor per m2. Dari kolam ini indukan lele yang memenuhi kriteria matang gonad, diambil untuk dipijahkan.
Indukan betina yang telah matang gonad memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Bagian perut membesar ke arah anus, apabila diraba tersa lembek
  • Apabila diurut akan keluar telur berwarna hijau tua
  • Alat kelamin berwarna kemerahan dan terlihat membengkak
  • Warna tubuh berubah menjadi coklat kemerahan
  • Gerakannya lambat
Sedangkan untuk indukan jantan untuk pembenihan ikan lele hendaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Tubuhnya ramping
  • Alat kelaminnya memerah
  • Warna tubuh akan terlihat coklat kemerahan
  • Gerakannya lincah

Teknik pemijahan ikan lele

Pemijahan atau mengawinkan ikan untuk pembenihan ikan lele bisa dilakukan dengan berbagai metode, baik yang alami atau intensif. Pemijahan alami yaitu perkawinan yang tidak memerlukan campur tangan manusia dalam proses pembuahan sel telur dengan sperma. Sedangkan pemijahan intensif merupakan proses perkawinan yang memerlukan intervensi manusia dalam proses pembuahannya. Terdapat beberapa cara populer yang biasa dipakai untuk memijahkan ikan lele secara intensif, yaitu:
  1. Penyuntikan hipofisa
  2. Penyuntikan hormon buatan
  3. Pembuahan in vitro (dalam tabung
  4. Pemeliharaan larva

    Dari proses pemijahan akan dihasilkan larva ikan yang harus dibesarkan dalam tahap pembenihan ikan lele selanjutnya. Pisahkan larva dari induknya. Kualitas air kolam untuk pemeliharaan larva harus terjaga. Usahakan ada aerasi dengan aerotor untuk menyuplai oksigen. Suhu kolam harus dipertahankan pada kisaran 28-29oC. Pada suhu dibawah 25oC, biasanya akan terbentuk bintik putih pada larva yang menyebabkan kematian massal.
    Apabila terjadi perubahan suhu, usahakan tidak terjadi secara ekstrim. Perubahan suhu kolam sebaiknya tidak berfluktuasi lebih dari 1oC. Banyak larva yang tidak mentolerir suhu yang berubah-ubah.
    Hal penting lainnya adalah menjaga kebersihan kolam. Bersihkan kolam dari kotoroan dan sisa pakan dengan spons. Kotoran dan sisa pakan bisa menimbulkan gas amonia yang bisa memicu kematian larva.
    Larva masih membawa persediaan makanan dalam dirinya, jadi tidak perlu diberi pakan hingga 3-4 hari. Setelah persediaan makanannya habis, larva harus segera diberi pakan. Pakan bisa berupa kuning telur yang telah direbus. Ambil bagian kuningnya, lumat hingga halus dan campurkan dengan 1 liter air bersih. Larutan tersebut cukup untuk 100.000 ekor larva.
    Setelah larva berumur satu minggu, berikan pakan berpa cacing sutera (Tubifex sp.). Cacing ini bernilai gizi tinggi dan disukai benih ikan yang baru tumbuh. Pakan berupa cacing ini meringankan perawatan, karena bisa hidup dalam air dan tidak mengotori kolam. Sehingga meminimalkan resiko keracunan akibat sisa pakan yang membusuk.
    Cacing sutera diberikan hingga larva berumur 3 minggu atau berukuran 1-2 cm. Setelah itu, larva bisa dikatakan telah menjadi benih ikan dan siap diberi pelet yang berbentuk tepung.

    Pendederan benih

    Pendederan adalah suatu tahapan untuk melepas benih ikan ke tempat pembesaran sementara. Proses pendederan merupakan salah satu tahapan penting dalam pembenihan ikan lele. Tempat pendederan biasanya berupa kolam kecil dengan pengaturan lingkungan yang ketat. Tahapan ini diperlukan karena benih ikan masih rentan terhadap serangan hama, penyakit dan perubahan lingkungan yang ekstrem. Benih ikan didederkan hingga siap untuk ditebar di kolam budidaya yang lebih luas.

    a. Menyiapkan kolam pendederan

    Kolam pendederan untuk pembenihan ikan lele bisa berupa kolam tanah, kolam semen atau kolam dari terpal. Tidak ada patokan luasan yang disarankan untuk kolam pendederan. Namun lebih baik tidak terlalu luas, sehingga lebih mudah dikontrol, misalnya ukuran 2×3 atau 3×4 m dengan kedalaman kolam 0,75-1 meter. Kolam tersebut juga harus memungkinkan di pasangi peneduh seperti paranet, untuk menghindari kematian benih karena terik matahari di musim kemarau.
    Dalam menyiapkan kolam pendederan, perhatikan dengan seksama saluran masuk dan keluar pintu air. Gunakan jaring yang halus agar benih tidak bisa melintas saluran air dan tidak ada hama dari luar yang terbawa masuk ke kolam. Lakukan pengeringan kolam sebelum digunakan. Lebih baik apabila kolam dijemur untuk menghilangkan bibit penyakit yang mungkin tersisa dari aktivitas sebelumnya. Khusus untuk jenis kolam tanah yang akan digunakan untuk pembenihan ikan lele, lakukan pengolahan tanah dan pemupukan dasar kolam.
    Pengisian air kolam untuk pembenihan ikan lele, hendaknya dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal isi kolam dengan kedalaman 20-30 cm. Hal ini mengingat benih ikan masih sangat kecil, apabila kolam terlampau dalam benih tersebut akan kesulitan untuk berenang ke atas dan mengambil oksigen dari udara. Setelah benih membesar tambahkan kedalaman kolam secara bertahap, sesuaikan dengan ukuran benih ikan.

    b. Pelepasan benih

    Benih ikan lele sudah bisa dipindahkan ke kolam pendederan setelah berumur 3 minggu dihitung sejak menetas di tempat pemijahan. Atau, kira-kira berukuran panjang 1-2 cm. Kepadatan tebar benih lele berkisar 300-600 ekor per m2.
    Benih ikan yang masih kecil sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim. Oleh karena itu, memindahkan benih ikan ke kolam pendederan perlu kehati-hatian. Caranya, Gunakan wadah atau ember plastik, kemudian isi dengan dari kolam asal hingga penuh. Ambil benih ikan gunakan jaring yang halus, lalu masukkan ke dalam wadah tadi.
    Setelah wadah terisi penuh, angkat dan pindahkan wadah tersebut ke kolam pendederan. Kemudian miringkan, sehingga air dalam wadah menyatu dengan air kolam pendederan. Diamkan sejenak dan biarkan benih ikan berenang keluar dengan sendirinya dari dalam wadah.

    c. Pemberian pakan pembenihan ikan lele

    Ketika benih masih berukuran 1-2 cm, gunakan tepung pelet yang memiliki kadar protein lebih dari 40 persen, karena pada umur tersebut benih lele membutuhkan banyak protein untuk perkembangan. Jenis pakan yang diberikan bisa berupa pelet jenis PSC atau pakan udang DO-A. Pemberian pakan jenis ini harus teliti, karena pakan akan tenggelam dan menumpuk di dasar kolam. Penumpukan sisa pakan akan membentuk amonia yang berbahaya bagi benih ikan. Selanjutnya benih ikan bisa dipindahkan ke kolam pendederan benih.
    Apabila ikan sudah mencapai ukuran 2-3 cm berikan pakan F999 atau PF1000, atau jenis pelet yang berbentuk butiran kecil. Berikan pakan ini setidaknya hingga benih berukuran 4-6 cm. Pada prinsipnya, ukuran pakan harus disesuaikan dengan bukaan mulut benih ikan.
    Pakan diberikan dengan frekuensi 4-5 kali sehari. Waktu pemberian pakan bisa dilakukan pada pagi, siang, sore dan malam hari. Karena ikan lele jenis binatang nokturnal atau aktif dimalam hari, hendaknya porsi pemberian makan pada malam hari lebih besar. Lamanya proses pendederan berkisar 5-6 minggu atau hingga benih ikan lele berukuran 5-7 cm.

    Panen pembenihan ikan lele

    Pembenihan ikan lele memakan waktu 8-9 minggu sejak benih menetas. Ukuran benih lele siap panen berkisar 5-7 cm. Cara pemanenan dilakukan dengan mengeringkan air kolam pelan-pelan hinga ikan berkumpul pada titik yang dalam atau saluran kemalir. Kemudian ambil ikan dengan jaring yang halus. Lakukan pengambilan ikan dengan hati-hati, karena benih tersebut masih rentan apabila mengalami luka pada permukaan tubuhnya. Tampung benih ikan dalam wadah yang telah diisi dengan air dari kolam yang sama agar ikan tidak mengalami stres.
    Hal terakhir namun penting dalam pembenihan ikan lele, adalah menyiapkan pembeli bagi benih yang sudah siap panen. Karena apabila waktu panen terlambat karena benih belum ada pembelinya, peternak harus menanggung biaya pemeliharaan ekstra. Pada ujungnya, semakin lama panen tertunda akan semakin tipis marjin yang akan diterima peternak.

    Sumber: http://alamtani.com/pembenihan-ikan-lele.html

Kamis, 19 Oktober 2017

PEMBENIHAN IKAN MAS

Memilih calon indukan

Pemilihan calon indukan merupakan hal vital bagi usaha budidaya pembenihan ikan mas. Sukses tidaknya hasil pembenihan ditentukan oleh kualitas indukan ikan. Indukan yang dipilih harus dari keturunan yang unggul.
Untuk menyeleksi calon indukan sebaiknya dilakukan saat ikan masih berukuran 100-200 gram. Calon indukan jantan dan betina dipilih berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
  • Umur indukan betina tidak kurang dari 1,5-2 tahun dengan berat minimal 2 kg per ekor. Untuk indukan jantan umurnya tidak kurang dari 8 bulan dengan berat minimal 0,5 kg per ekor.
  • Secara morfologis bentuk badan mulus, tidak cacat, sirip-siripnya tidak rusak. Ikan mas yang baik untuk indukan kepalanya lebih kecil dari badannya. Insangnya bersih, tidak ada bintik-bintik putih. Lensa matanya tampak jernih.Sisik di kedua sisi badannya simetris, tidak ada lekukan dan patahan. Warna sisik cerah, sisik yang kusam menandakan ikan terlalu tua. Sisik tersusun rapi dan ukurannya relatif besar. Ekornya baik dan kuat. Panjang ekornya lebih besar dibanding dengan lebarnya.
  • Calon indukan harus berasal dari keturunan yang berbeda, baik jantan maupun betina. Supaya tidak terjadi inbreeding yang menurunkan kualitas benih ikan.

Memelihara indukan

Pemeliharaan indukan jantan dan betina harus terpisah, masing-masing indukan menempati kolam yang berbeda. Kedalaman air kolam berkisar 60-80 cm. Sumber pengairan untuk kedua kolam tersebut harus pararel. Apabila di susun seri sebaiknya kolam indukan jantan diletakkan setelah kolam indukan betina.
Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi perkawinan tak disengaja. Karena bila indukan jantan melepaskan spermanya dan terbawa masuk ke kolam betina, bukan tidak mungkin akan terjadi pemijahan tak disengaja.
Indukan harus diberikan pakan yang sehat dan bergizi. Pakan utama bisa berupa pelet yang kandungan proteinnya 30-35%. Makanan tambahan lain yang diberikan adalah dedak jagung atau menir. Jangan memberikan pakan yang kandungan lemaknya tinggi.
Jumlah pakan yang dibutuhkan oleh indukan ikan mas sekitar 2-4% dari berat tubuhnya per hari. Frekuensi pemberian pakan sehari dua kali, setiap pagi dan sore. Indukan yang telah dikawinkan bisa melakukan perkawinan lagi setelah diistirahatkan di kolam indukan selama 2-3 bulan.

Pemijahan ikan mas

Dalam usaha budidaya pembenihan ikan mas, terdapat dua tipe pemijahan, yakni pemijahan alami dan buatan. Pada pemijahan alami proses perkawinan dan pembuahan sel telur oleh sperma dilakukan sendiri oleh si ikan. Sedangkan dalam pemijahan buatan diperlukan bantuan manusia seperti penyuntikan dengan hipofisa, penyuntikan hormon dan pembuahan in vitro.
Pemijahan ikan mas bisa dilakukan dengan dua cara di atas. Namun mengingat ikan mas mudah memijah, pemijahan buatan jarang diterapkan untuk ikan mas. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai pemijahan ikan mas silahkan baca artikel sebelumnya tentang cara pemijahan ikan mas.

Pendederan benih

Pendederan adalah suatu tahapan penumbuhan benih dalam budidaya pembenihan ikan mas. Benih ikan memiliki sifat-sifat tertentu sesuai dengan perkembangan umurnya. Setiap tingkatan umur membutuhkan perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, pembesaran benih ikan dilakukan melalui beberapa tahap pendederan.

a. Pendederan I

Pendederan pertama dilakukan pada larva yang telah berumur 7 hari. Larva dipindahkan ke kolam pendederan dari kolam penetasan telur. Pendederan bisa dilakukan di kolam yang biasa digunakan untuk budidaya pembesaran.
Seperti biasa, kolam tanah harus dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu lakukan pengeringan, penjemuran, pengapuran, pemupukan dan penggenangan air. Lebih detailnya lihat persiapan kolam tanah untuk budidaya ikan.
Kepadatan tebar untuk pendederan pertama adalah 100-200 ekor/m2. Kedalaman air kolam diatur sekitar 60 cm. Sirkulasi air jangan terlalu deras karena benih masih kecil. Masukan dan keluaran air diberi saringan halus. Tujuannya agar hama seperti kodok dan kecebong tidak masuk ke dalam kolam dan bersaing dengan benih ikan.
Pelepasan benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari. Caranya adalah benih beserta wadahnya, ember atau baskom, dimasukkan ke dalam kolam. Kemudian miringkan wadah tersebut sehingga benih bisa berenang keluar dari wadah. Biarkan benih keluar sendiri, jangan dipaksa. Penebaran seperti ini berguna agar benih bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kolam yang baru.
Pakan yang dibutuhkan untuk pendederan tahap pertama adalah biota air yanng ditumbuhkan dalam kolam. Pakan tersebut cukup untuk benih yang masih kecil. Sebagai tambahan bisa diberikan pelet halus. Lama pemeliharaan pendederan pertama sekitar 4 minggu. Dealam tempo tersebut akan dihasilkan benih ikan berukuran 2-3 cm.

b. Pendederan II

Secara teknis pendederan kedua bisa dilakukan di kolam yang sama, tidak perlu pindah. Perbedaan antara pendederan pertama dan kedua adalah padat tebar ikan. Padat penebaran benih ikan untuk pendederan kedua sekitar 50-75 ekor/m2. Jadi, mau tidak mau ikan dari pendederan pertama harus dipindahkan sebagian ke kolam lain agar padat tebarnya sesuai.
Pendederan kedua berlangsung sama dengan yang pertama yaitu 4 minggu. Benih yang dihasilkan dari pendederan kedua berukuran sekitar 3-5 cm.

c. Pendederan III

Jenis kolam yang diperlukan untuk pendederan ke tiga sama dengan pendederan sebelumnya. Padat tebar untuk pendederan ke empat yaitu sekitar 25-30 ekor/m2. Pendederan ke tiga menghasilkan benih berukuran 5-8 cm.

d. Pendederan IV

Pendederan ke tiga berlangsung selama 4 minggu juga. Kepadatan tebar pendederan ke tiga sekitar 3-5 ekor/m2. Benih yang dihasilkan berukuran sekitar 8-12 cm, dengan bobot tubuh 80-100 gram per ekor. Ikan sebesar ini sudah cukup kuat untuk budidaya pembesaran.

Panen pembenihan ikan mas

Lama waktu yang dibutuhkan untuk proses pembenihan ikan mas, mulai dari ikan dipijahkan hingga pendederan ke empat sekitar 4,5 bulan. Selanjutnya, benih ikan dijual ke petani pembesaran. Kebutuhan benih untuk budidaya pembesaran biasanya berukuran 100 gram per ekor.
—–
Referensi
  1. Budi Santoso. 1993. Petunjuk teknis budidaya ikan mas. Kanisius, Yogyakarta.
  2. Gusrina. 2008. Budidaya ikan. Buku ajar kelas X SMK. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta.
  3. http://alamtani.com/pembenihan-ikan-mas.html

Selasa, 10 Oktober 2017

Pengolahan Abon Ikan lele

a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan abon ikan lele terdiri dari:
§  Kompor,
§  Timbangan,
§  baskom,
§  sendok,
§  pisau dan
§  talenan.

b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat abon ikan lele adalah :
§  Lele 10 kg,
§  Gula Merah 3 kg,
§  Gula Pasir 1 kg,
§  Lengkuas 250 gram,
§  Sereh 10 batang,
§  Daun Salam 10 lembar,
§  Ketumbar 50 gram,
§  Bawang Putih 250 gram,
§  Bawang Merah 250 gram,
§  Jahe 100 gram,
§  Asam Jawa 100 gram, direbus dengan 200 cc air, saring, ambil airnya;
§  Garam secukupnya dan
§  Minyak goreng

c. Cara membuat:
1)      Potong bagian ikan, pisahkan kulit dan daging dengan bantuan pisau.
2)      Kukus daging hingga matang dan dinginkan setelah itu daging disuwir-suwir dengan garpu hingga halus.
3)      Siapkan bumbu-bumbu, haluskan ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe, lengkuas.Tumis bumbu halus tersebut dengan minyak goreng hingga harum, tambahkan sereh dan daun salam, kemudian tambahkan air asam jawa, garam, gula pasir dan gula merah.
4)      Masukkan daging lele yang sudah dihaluskan, masak dan aduk hingga bumbu meresap.
5)      Panaskan minyak goreng dalam wajan, goreng daging lele sedikit demi sedikit hingga kecoklatan, angkat dan tiriskan.
6)      Masukkan dalam alat pengepres minyak, Abon lele siap disajikan dan bisa disimpan dalam toples.

SUMBER:

Siregar R.R., 2011. Modul Pengolahan Ikan Lele. Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan: Kelompok Modul Pengolahan Ikan. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Jumat, 22 September 2017

CARA PENANGANAN IKAN

Produk perikanan termasuk produk yang memiliki sifat sangat mudah rusak/busuk (perishable food). Tubuh ikan mempunyai kadar air yang tinggi dan pH tubuh yang mendekati netral sehingga merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk maupun organisme lain. Untuk menghambat proses pembusukan pada produk perikanan, maka harus dilakukan penanganan ikan sebaik mungkin sehingga produk perikanan dapat disimpan selama mungkin dalam keadaan baik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan produk perikanan adalah grading, sortasi, dan tahapan dalam penanganan produk perikanan.

Sortasi
Sortasi adalah pemisahan ikan/hasil ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat kesegaran. Berdasarkan jenisnya, ikan terbagi menjadi dua kelompok yakni ikan pelagis dan ikan demersal. Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup di permukaan sedangkan ikan demersal merupakan ikan yang hidup didasar perairan. Berdasarkan ukuran terdiri atas ikan kecil, sedang, dan besar. Berdasarkan tingkat kesegarannya, ikan terbagi menjadi ikan segar dan ikan yang telah mengalami kemunduran mutu/terkontaminasi mikroba.
Pada umumnya sortasi dilakukan terhadap ikan yang akan diekspor. Pada saat ikan akan diproses, ikan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan diletakkan berjajar diatas meja prosesing. 
a.      Pemisahan Ikan-Ikan yang dibawah ukuran standar
Sebagai contoh ikan tuna, umumnya ikan yang diperkirakan beratnya kurang dari 15 Kg tidak diekspor, namun batas ini dapat berubah sesuai dengan keadaan pasar di Negara tujuan ekspor.Jika persediaannya kurang maka ikan yang berukuran lebih kecil dapat juga diekspor, tetapi jika melimpah batas minimum itu dinaikkan.
b.      Pemeriksaan mutu secara organoleptik
Pemeriksaan ini umumnya dilakukan oleh petugas khusus atau langsung oleh pembeli.Ikan diperiksa satu per satu. Sasaran yang diperiksa meliputi:
-    Penampilan ikan secara keseluruhan: ikan harus utuh dan mulus , bebas dari cacat akibat gigitan binatang lain, memar, sisik banyak terkelupas, tidak bernoda.
-    Sayatan daging pada batang ekor.
 Sorting terbagi atas: Sorting Warna, Sorting Ukuran, dan Sorting Final
a.      Sorting Warna
Contoh pada udang. Udang mengalami proses pemisahan menurut warnanya. Pemisahan warna dilakukan berdasarkan warna bahan baku dan diklasifikasikan sesuai dengan warna yang telah ditentukan.
b.      Sorting Ukuran
Sorting ukuran adalah suatu cara penyortiran ikan/hasil ikan berdasarkan ukurannya. Biasanya dikelompokkan sesuai dengan jumlah tertentu untuk setiap kg. Contoh jumlah standar ukuran udang HL (Head Less) sebagaimana berikut:

Ukuran Udang HL
Jumlah dalam berat 1,8 Kg
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
U – 6
27
30
29
8 – 12
41
44
43
13 – 15
53
57
55
Dst

c.       Sorting Final
Sortasi final dilakukan untuk mengoreksi hasil sortasi yang belum seragam baik mengenai mutu, ukuran, maupun warna. Dalam proses ini diperlukan ketelitian dan keterampilan yang lebih tinggi dan cermat bila dibandingkan dengan sortasi  sebelumnya. Dengan demikian diperlukan petugas sortir yang memiliki kemampuan khusus dalam kegiatan tersebut.Setiap tahapan sortasi dilakukan dalam system rantai dingin (cold chain system).
                       
Sedangkan pada Ikan Tuna, sortasi mutu dilakukan berdasarkan pengamatan. Sortasi mutu dilakukan untuk mengecek kualitas daging tuna menggunakan checker (alat berbentuk besi panjang yang dapat mengambil irisan daging tuna)  pada bagian belakang sirip pectoral dan pangkal ekor, bagian ini merupakan daerah yang tidak diperlukan di restoran.
Kriteria penentuan kualitas daging tuna umumnya meliputi komponen dibawah ini:
1.   Tekstur daging, tuna yang baik memiliki daging yang berserat dan tidak lembek saat dipegang.
2.   Warna, tuna yang baik memiliki daging berwarna merah dan mata yang bening.
3.   Kandungan minyak, tuna yang baik memiliki kandungan minyak.

Grading
Grading berasal dari kata grade yang berarti tingkat/kelas. Yang dimaksud dengan Grading dalam istilah perikanan merupakan suatu upaya pengelompokan ikan/hasil ikan menjadi beberapa tingkat/kelas (grade) sehingga masing-masing kelas memiliki kualitas mutu yang seragam. Umumnya pengkelasan ini dilakukan pada produk ikan/hasil ikan yang akan diekspor. Untuk itu diperlukan standar mutu baku yang dapat digunakan pada saat pembelian bahan baku. Masing-masing Negara pengimpor memiliki standar mutu baku tertentu. Sebagai contoh untuk ekspor udang black tiger shrimp  ke Jepang, maka ditetapkan spesifikasi standar bahan baku udangblack tiger shrimp (japan grade).

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas pertama:
·         Tubuh antarruas kokoh.
·         Warna cemerlang sesuai aslinya
·         Bau spesifik udang segar
·         Tidak ada blackspot pada ekor, daging dan kulit
·         Tidak ada rongga udara antara daging dan kulit
·         Tekstur daging keras
·         Anggota badan lengkap
·         Tidak ada cacat badan

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimpkualitas kedua:
·         Tubuh antarruas lembek dan mulai kerut.
·         Lingkaran antar ruas sudah longgar
·         Warna tubuh buram dan tidak cerah
·         Ada bercak hitam di bagian kulit
·         Anggota badan tidak lengkap
·         Bau sudah tidak segar
·         Ekor pripis
·         Tekstur daging lembek

Spesifikasi standar mutu udang black tiger shrimp kualitas kedua:
·         Tekstur badan lembek
·         Kulit udang banyak yang mengelupas dan mudah dibuka
·         Bau sudah tidak segar lagi, tetapi belum berbau sulfide atau amoniak yang kuat
·         Warna belum merah akibat kemunduran mutu
·         Anggota bdan tidak lengkap, banyak yang rusak dan cacat

Sedangkan Grade pada tuna diinisialkan dari yang kualitasnya yang bagus hingga yang buruk berturut-turut yaitu AAF, AA, AF, F, A , dan B+ untuk tujuan ekspor dan B untuk pasar lokal. Selain penggunaan inisial tersebut, adapula yang menginisialkan kelas atau grade pada ikan tuna dengan inisial Grade A, B, C dan D. Penetapan inisial dalam penentuan grade ikan tuna memang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Namun demikian, umumnya tuna dikelaskan berdasarkan tingkat kesegaran, warna daging, kadar lemak, kondisi dan ukuran fisik.
Grading pada Ikan Tuna umumnya dilakukan oleh checker (seorang ahli), namun terkadang dilakukan juga secara langsung oleh pembeli dengan memeriksa ikan untuk melihat kualitas mutunya sehingga dapat menetapkan harga lelang.

Pada dasarnya, baik sortasi ataupun grading merupakan tahapan dalam proses penanganan ikan yang bermaksud untuk memisahkan ikan agar diperoleh ikan yang seragam. Bedanya, sortasi dilakukan agar diperoleh ikan yang seragam baik menurut jenisnya maupun ukurannya, sedangkan grading dilakukan untuk memperoleh ikan yang seragam dalam hal kualitasnya sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan mutu / kualitas ikan adalah dengan menggunakan metode pengujian secara organoleptik. Namun demikian terlebih dahulu harus diketahui perbedaan antara ikan yang masih segar yang menandakan ikan tersebut berkualitas/bermutu dengan ikan yang sudah mengalami penurunan mutu atau ikan sudah mulai membusuk. Berikut ini adalah perbedaannya:
IKAN SEGAR
IKAN YANG MULAI BUSUK
1.


Kulit

Warna kulit terang dan jernih
Kulit berwarna suram, pucat dan berlendir banyak
Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut
Kulit mulai terlihat mengendur di beberapa tempat tertentu
Warna-warna khusus yang ada masih terlihat jelas
Kulit mudah robek dan warna-warna khusus sudah hilang
2.
Sisik

Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga sulit dilepas
Sisik mudah terlepas dari tubuh
3.
Mata

Mata tampak terang, jernih, menonjol dan cembung
Mata tampak suram, tenggelam dan berkerut
4.

Insang

Insang berwarna merah sampai merah tua, terang dan lamella insang terpisah
Insang berwarna coklat suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan
Insang tertutup oleh lendir berwarna terang dan berbau segar seperti bau ikan
Lendir insang keruh dan berbau asam menusuk hidung
5.





Daging

Daging kenyal, menandakan rigor mortis masih berlangsung
Daging lunak, menandakan rigor mortis telah selesai
Daging dan bagian tubuh lain berbau segar
Daging dan bagian tubuh lain mulai berbau busuk
Bila daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan
Bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan
Daging melekat kuat pada tulang
Daging mudah lepas dari tulang
Daging perut utuh dan kenyal
Daging lembek dan isi perut sering keluar
Warna daging putih
Daging berwarna kuning kemerah-merahan terutama disekitar tulang punggung
6.
Keberadaan dalam air

Ikan segar akan tenggelam
Ikan yang sudah membusuk akan mengapung di permukaan air

Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian terhadap suatu produk (termasuk produk perikanan) dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama seperti : kenampakan, bau, rasa dll. Dengan kata lain pengujian dengan cara organoleptik disebut juga dengan istilah pengujian secara sensorik. Cara ini sangat murah, mudah dan sangat praktis untuk dikerjakan, tetapi ketelitiannya sangat tergantung pada tingkat kepandaian orang yang melaksanakannya. Dengan metode penilaian organoleptik, ikan yang busuk dapat dibedakan dari ikan yang segar dengan melihat tanda-tanda pada tubuh ikan.

Cara menetukan kualitas ikan dengan menggunakan metode organoleptic.
Penilaian organoleptik dapat dilakukan oleh setiap orang termasuk supplieratau pembeli sekalipun. Untuk menilai kualitas ikan dengan cara organoleptic umumnya menggunakan bantuan lembar score sheet. Cara penilaiannya yaitu dengan membaca score sheet dan menyesuaikan dengan keadaan ikan yang dinilai. Berikut ini adalah bentuk score sheet dalam penilaian ikan segar. 


SASARAN
PENGAMATAN
KEADAAN IKAN
NILAI
HASIL PENILAIAN
MATA
Sangat segar, biji mata cembung hitam, kornea jernih
5




Agak tenggelam, biji mata kelabu, warna kornea agak keruh
3
Tenggelam, biji mata putih, kornea keruh
2
Biji mata tenggelam total
0
INSANG
Warna merah cerah, tidak berlendir, akibat bakteri
5



Warna sedikit memucat, sedikit lendir
3
Warna banayk berubah, lender banyak
2
Warna sangat pucat, lender sangat banyak
0
DINDING PERUT
Perut utuh, tidak ada perubahan warna pada dinding perut
5




Dinding perut sedikit berubah warna dan menjadi agak lunak
3
Dinding perut banyak berubah warna dan menjadi lunak
2
Dinding perut berubah warna secara total dan sangat lembek
0
DAGING
Kenyal, elastis terhadap tekanan jari
5




Sedikit lunak
3
Lebih lunak, sisik mudah lepas
2
Sangat lembek, jika ditekan dengan jari bekasnya tidak hilang
0
BAU DAN RASA
Segar, rasa manis yang khas dari species yang bersangkutan
5





Rasa netral, rasa khas hilang
4
Rasa hambar
3
Rasa tidak enak, asam, tengik, berbau amoniak
2
Berbau busuk
0

Adapun langkahnya adalah sebagai berikut:
-             Pastikan penguji dalam keadaan sehat.
-             Siapkan lembar penilaian (score sheet).
-             Amati kondisi ikan secara seksama, mulai dari kenampakan, bau, rasa, tekstur, dll.
-        Berikan nilai pada setiap sasaran pengamatan (mata, insang, dinding perut, daging, bau, dan rasa) sesuai dengan yang tertera pada lembar penilaian (score sheet).
-        Apabila semua sasaran pengamatan mendapatkan nilai tertinggi, maka hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang diamati memiliki kualitas terbaik, (dapat dikatakan dalam kategori Grade A/paling berkualitas),
-        Apabila semua sasaran pengamatan mendapatkan nilai terendah, maka hasil penilaian tersebut menunjukkan bahwa ikan yang diamati memiliki kualitas buruk, (dapat dikatakan dalam kategori Grade D/kualitas paling rendah).
Namun demikian, penilaian mutu/kualitas ikan dengan menggunakan cara pengujian organoleptik ternyata juga memiliki kekurangan diantaranya adalah sifat pengujiannya yang cenderung subyektif. Oleh karena itu, hasil akhir dari penilaian organoleptik ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman panjang untuk menjadi seorang penguji/checker/panelis yang baik.

DAFTAR PUSTAKA:
Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta
Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin dan Sanitasi Higiene di Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan
Keputusan MenterI KP No 52A Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...