Kamis, 27 September 2018

BUDIDAYA BELUT


 Hasil gambar untuk budidaya belut
PENDAHULUAN
Belut sawah, moa, atau lindung (Monopterus albus) adalah sejenis ikan anggota suku Synbranchidae (belut), ordo Synbranchiiformes, yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi. Ikan ini dapat dimakan, baik digoreng, dimasak dengan saus pedas asam, atau digoreng renyah sebagai makanan ringan. Secara ekologi, belut dapat dijadikan indikator pencemaran lingkungan karena hewan ini mudah beradaptasi. Lenyapnya belut menandakan kerusakan lingkungan yang sangat parah telah terjadi.

1. Tempat Ternak Belut

Hal pertama yang harus kita persiapkan adalah sarana untuk budidaya belut. Ada banyak pilihan sarana ternak belut yang bisa kita gunakan. Semuanya tentu saja memiliki keuntungan dan kelemahan masing-masing.
a. Kolam Terpal

Sarana ternak belut yang pertama adalah dengan menggunakan kolam terpal. Untuk ukuran terpal yang kita gunakan disesuaikan dengan jumlah belut yang akan kita budidayakan. Untuk ukuran idealnya adalah 50-100 ekor/m perseginya.

Perlu sama-sama kita ketahui, belut biasanya mengeluarkan semacam lendir yang merupakan metabolisme alamiahnya untuk bertahan hidup. Jika lendir ini menumpuk dan dalam jumlah yang banyak tentu akan merusak kualitas air.

Maka dari itu, kita sebaiknya mengganti air jika kualitas air sudah rusak. Kita bisa melakukan sipon atau membuang air bagian bawah dengan pompa penyedot kemudian mengisi dengan air baru.

Nah, ini tips dari saya berdasarkan pengalaman pribadi, karena terlalu repot rasanya kalau harus membuang air dengan menggunakan pompa air, anda bisa membuat saluran pembuangan di bagian tengah. Kalau dalam budidaya istilah ini dikenal dengan sistem center drain.

Kolam kita buat mengerucut ke tengah, jadi bagian tengah kolam lebih dalam ketimbang bagian pinggir kolam. Untuk cara membuatnya sangat mudah. Intinya, air akan terbuang begitu pipa pembuangan kita cabut tanpa menggunakan pompa.

Dengan sistem center drain pengontrolan air jadi sangat mudah sekali. Setelah air kita buang secukupnya kemudian kita tambahkan air baru.
b. Tong/Drum

Selain dengan menggunakan terpal, tong atau drum juga bisa menjadi sarana budidaya belut. Berikut ini cara membuat kolam tong untuk belut:

    Bersihkan tong / drum hingga bersih terutama pada bagian dalamnya
    Buat lubang memanjang pada drum
    Letakan drum pada tanah yang datar dan juga beri pengganjal pada kanan dan kiri agar drum tidak terguling
    Jangan lupa buat juga saluran pembuangan dibawah tong
    Yang terakhir buat juga peneduh dari sinar matahari agar belut tidak kepanasan

Cara Ternak Belut dalam Drum

Media tumbuh belut merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam budidaya belut. Dengan komposisi yang pas pada media tunbuh ini yang menentukan cepat atau lambat pertumbuhan belut diluar faktor pakan. Untuk kolam dari tong bekas menggunakan media berupa lumpur kering, kompos, jerami padi pupuk TSP, dan mikroorganisme stater. Berikut ini tips membuat media tumbuh belut untuk kolam drum bekas

    Dasar drum diberi lapisan jerami dengan ketebalan 50 cm
    Lalu siram jerami dengan mikroorganisma stater. Komposisi 1 liter per drum
    Selanjutnya diberi lapisan kompos setinggi 5 cm, bisa juga menggunakan pupuk kandang atau tanah humus
    Lapisan yang terakhir adalah lumpur kering yang sudah dicampur dengan pupuk TSP 5kg. Lapisan yang terakhir ini setinggi 25 cm.
    Tinggal masukan air besih kedalam drum setinggi 15 cm dan diamkan selama 2 minggu sebelum dimasukan belut karena harus melalui proses fermentasi dahulu.

c. Bak Semen

Bak permanen merupakan sarana budidaya belut yang selanjutnya. Tentu saja kolam permanen membutuhkan modal yang lumayan untuk membautnya. Namun tentu saja dengan banyak keunggulan. Nah, sama halnya dengan kolam terpal, sebaiknya anda membuat sistem pembuangan kotoran dengan sitem center drain.
d. Bak Fiber

Bak fiber juga bisa anda jadikan sebagai sarana untuk budidaya belut. Biaya yang kita keluarkan tentu saja lebih mahal untuk pengadaan bak fiber.
2. Pemilihan Bibit Belut
Setelah kita memiliki tempat yang sesuai dengan jumlah belut yang akan kita budidayakan, langkah selanjutnya adalah memilih benih belut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita memilih anakan yang akan kita besarkan. Berikut ini kriteria anakan belut yang bagus untuk diternak:
a. Pilih Bibit Belut yang Bebas Luka

Tips pertama memilih benih belut adalah usahakan agar bibit bebas dari luka baik itu akibat gesekan dengan benda kasar ataupun karena penyakit, karena bisa menular ke yang lainnya.
b. Tidak Lemas saat Dipegang
 Pastikan bibit belut yang akan diternak tidak lembek, karen belut memiliki tubuh yang keras,
c. Pilih Belut yang Lincah

Belut memiliki sifat dasar agresif dan jarang diam bahkan saat kita pegang biasanya akan berusaha untuk melepaskan diri. Bila anda menemukan ada anakan yang upacara bendera (mendangak ek atas) sebaiknya di ambil pisahkan dari yang lainnya. Belut yang baik akan memiliki ciri tenang tapi lincah, belut akan mengambil oksigen keatas dengan cepat kamudian kembali kebawah lagi.
d. Usahakan Ukuran Benih Seragam

Hal ini cukup penting, karen dengan ukuran seragam biasanya tidak ada dominasi dalam makan nantinya. Bila ada belut yang berukuran lebih besar biasanya akan lebih dominan nantinya. Yang besar semamin besar dan yang kecil lambat besarnya. Sebaiknya anda mensortis belut paling tidak 3 minggu sekali agar ukuran tetap seragam.

3. Jumlah Tebar Belut Ideal

Belut membutuhkan space yang cukup untuk tumbuh optimal. Bila space atau ruang yang dimiliki kecil biasnaya tumbuh belut tidak akan maksimal, bisa kerdil, lambat pertumbuhan dan air cepat rusak. Untuk kepadatan optimal bibit belut sebaiknya  ukuran panjang 10-12 cm berkisar 50-100 ekor/m2.

Sedikit tips terbak belut, usahakan untuk menebarkan benih pada pagi atau sore hari agar ikan terhindar dari stres. Untuk bibit hasil tangkapan alam sebaiknya dikarantina terlebih dahulu selama 1-2 hari. Proses karantina dilakukan dengan meletakkan bibit dalam air bersih yang mengalir. Berikan pakan berupa kocokan telur selama dalam proses karantina. Aturlah sirkulasi air dengan seksama. Jangan terlalu deras (air seperti genangan sawah) yang penting terjadi sirkulasi air. Atur juga kedalaman air, hal ini berpengaruh pada postur tubuh belut. Air yang terlalu dalam akan membuat belut banyak bergerak untuk mengambil oksigen dari permukaan, sehingga belut akan lebih kurus.


4. Pemberian Pakan Selama Ternak Belut

Jika bibit sudah kita tebarkan, kini saatnya kita membesarkan benih belut tersebut. Untuk persentase pakan, sebaiknya berikan 5-20% dari bobot tubuh /hari. Seiring berjalannya waktu biasanya kita akan terbiasa dan bisa menggunakan feeling saat ikan sudah kenyang atau masih lapar.

Usahakan agar pakan selalu tercukupi agar belut tidak kanibal. Pemberian pakan bisa pada sore karena belut biasa mencari mangsa di sore dan malam hari. Untuk pakan bisa diberi cacing lor, cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, ulat hongkong dan masih banyak yang lainnya.
5. Proses Pemanenan Belut

Setelah kira-kira 3 – 4 bulan proses budidaya, maka belut biasanya sudah bisa dipanen. Dengan bobot rata-rata sekitar 3-5 ekor/perkilonya, dengan harga jual 32.000/kg. Untuk ukuran panen tergantung permintaan pasar. Kalau 3 -5 ekor terlalu besar bisa dikurangi lagi.

Untuk keuntungan sendiri bisa kita kalkulasikan dengan selurubuh biaya operasional dan modal awal untuk membeli benih, pakan serta peralatan pendukung serta sarana budidaya.

Harga bibit sendiri untuk belut rata-rata panjangnya 6-11cm dipasaran djual sekitar Rp.55.000/ kg (isi 75-110 ekor/kg). Nah jadi kita sudah bisa menghitung berapa kira-kira keuntungan yang bisa kita peroleh



Sumber:
https://elnandar.com/cara-budidaya-belut/
http://budidayaperawatan.blogspot.com/2015/08/cara-ternak-belut-paling-mudah-dan-efektif.html



Rabu, 19 September 2018

BUDIDAYA IKAN BETOK


PENDAHULUAN

Betok adalah nama sejenis ikan yang umumnya hidup liar di perairan tawar. Ikan ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti bethok atau bethik (Jw.), puyu (Mly.) atau pepuyu (bahasa Banjar). Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai climbing gouramy atau climbing perch, merujuk pada kemampuannya memanjat ke daratan. Nama ilmiahnya adalah Anabas testudineus.
 Hasil gambar untuk IKAN BETOK

Mengingat akan keberadaannya yang semakin sedikit maka ini bisa menjadi peluang usaha bagi anda yang ingin membudidayakannya.   Untuk itu kita akan membahas mengenai 13 cara budidaya ikan betok di kolam terpal, mengapa di terpal? Karena ikan papuyu memiliki perawatan yang mudah, dan menggunakan terpal ini akan membuat pembudidayaannya semakin mudah pula. Untuk itu simaklah cara-cara berikut ini :

Siapkan Kolam Terpal untuk Budidaya Ikan

Meskipun ikan betok/papuyu terbilang cukup mudah untuk dibudidayakan dibadingkan dengan ikan lain, namun untuk persiapan kolam harus anda perhatikan dengan seksama agar ikan dapat berkembang biak dengan baik. Untuk kolamnya sendiri usahakanlah terpal dengan lokasi yang memiliki cukup sinar matahari. Sinar matahari yang cukup akan membuat air tetap hangat dan ikan juga tidak akan cepat mati.

Ukuran yang Tepat untuk Kolam Terpal

Sama seperti budidaya ikan bawal di kolam terpal, selain sinar matahari yang cukup, hal lain yang perlu diperhatikan adalah ukuran kolamnya sendiri yaitu diusahakan agar tidak terlalu besar ataupun kecil, ukuran yang pas adalah 2×4 atau 2×7 meter dengan kapasitas ikan 1.500 ekor.

Penambahan Oksigen

Penambahan oksigen pada kolam terpal juga diperlukan. Tambahkanlah oksigen dengan pompa udara 12 lubang, dan gunakan mesin pompa air untuk membuat air tetap mengalir.

  
Pemilihan Bibit Ikan

Bibit ikan betok/papuyu yang baik akan terlihat dari sejak diletakan pada kolam. Bibit yang baik akan bertahan lama, sedangkan bibit ikan papuyu yang memiliki kualitas buruk akan cepat mati. Selain peletakan bibit pada kolam, anda juga harus membuat kolam yang memiliki sinar matahari yang baik untuk membuat ikan tetap bertahan lebih lama.

Pemijahan Ikan Betok

Benih ikan etok/papuyu diperoleh dari hasil pemijahan indukan ikan jantan dan ikan betok betina. Untuk membedakan ikan papuyu jantan dan betina dapat dilihat dari ciri fisiknya yang berbeda dengan perbedaan ikan lele jantan dan betina, berikut ini adalah ciri fisik antara ikan jantan dan ikan papuyu betina.

Betok jantan :

    Memiliki bentuk tubuh yang relative lebih kecil.
    Kelamin yang memanjang.
    Memiliki gerakan yang lebih lincah dan juga gesit.

Betok  betina :

    Bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan jantan.
    Lubang kelamin berbentuk bulat.
    Karena bentuk tubuh yang lebih besar dari jantan, maka gerak tubuhnya pun akan lebih lambat.

Untuk pemijahannya sendiri dilakukan dengan cara buatan, yang biasanya paling banyak dilakukan adalah dengan cara kawin suntik.

Penetasan Ikan Betok

Dalam sekali musim kawin, ikan betok dapat dipijahkan sebanayak 3 kali dan dapat menghasilkan sekitar 5.000 hingga 15.000 butir telur. Telur – telur ikan betok akan menetas dalam kurun waktu 24 jam pada suhu 2600 , sedangkan pada suhu 3000, telur – telur tersebut akan menetas dalam kurun watu 12 jam.


Pemeliharaan Anakan Ikan Usia 0 – 14 Hari

Anak-anak ikan papuyu yang baru menetas tidak perlu langsung diberikan pakan, dikarenakan ikan betok memiliki cadangan makanan yang ada pada kantungnya. Barulah setelah berusia 4 hari anak ikan sudah bisa diberikan makan berupa kuning telur. Pemberian pakan dengan kuning telur ini akan terus dilakukan hiingga anakan ikan berusia 14 hari, per harinya ikan akan diberikan makan 3 kali.

   
Pemeliharaan Anakan Ikan Usia 14 Hari – 2 Bulan

Setelah ikan betok berusia sekitar 14 hari maka pakan sudah bisa diganti menjadi pellet yang sebelumnya telah dihaluskan. Pemberian pakan dengan pellet ini akan terus dilakukan hingga usia 2 bulan.  Setelah usia 2 bulan maka ikan sudah siap untuk disebar pada kolam yang sudah disediakan sesuai dengan usianya.

Pembesaran Ikan Betok

Pembesarannya sendiri dilakukan pada kolam, karena pada kesempatan kali ini kita membahas mengenai pembudidayaan pada kolam terpal, maka kolam terpal harus sudah disiapkan sebelumnya. Pembesaran ini dilakukan hingga ikan papuyu berusia sekitar 6 bulan, biasanya pada usia 6 bulan maka berat ikan papuyu mencapai 65 – 70 gram.

Kondisi Air Dalam Kolam Terpal

Setiap kali ingin membuddidayakan ikan yang tidak boleh ketinggalan adalah anda harus memperhatikan kualitas air pada kolam. Tahukah anda bahwa air kolam yang kotor, jarang diganti, dan berwarna keruh akan mempengaruhi kesehatan ikan. Hal ini akan mengakibatkan ikan menjadi tidak sehat, bahkan mengambang dan akhirnya mati. Air yang keruh dan kotor bisa saja disebabkan oleh lingkungan sekitar atau aktivitas ikan sehari – harinya, untuk itu jangan lupa untuk mengatur kondisi air pada kolam agar tetap jernih dan baik, lakukanlah pengaturan secara rutin setiap dua minggu sekali.

Pemanenan Ikan

Umumnya ikan papuyu sudah dapat dipanen saat usia 4 bulan. Namun anda juga bisa menyesuaikan pemanenan tersebut berdasarkan tujuannya, apakah ikan yang dibudidayakan untuk dikonsumsi sendiri atau digunakan untuk produksi.

Cara Memanen Ikan

Untuk pemanenan ikan papuyu sendiri ada 2 macam, yaitu :

Panen total

Pemanenan yang dilakukan tanpa melihat umur atau bahkan ukuran tubuh ikan betok, jadi panen dilakukan secara keseluruhan.

Panen selektif

Panen yang dilakukan dengan cara menjaring dan hanya memilih ikan mana saja yang sudah siap untuk dipanen. Panen selektif ini bertujuan untuk mencari indukan ikan dan juga untuk bisa dikonsumsi.

Hal yang Perlu Diperhatikan

Untuk berjalannya pembudidayaan agar tetap baik anda juga perlu mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan, antara lain :

Penyakit bisa terjadi pada ikan betok karena memiliki 3 faktor utama, yatu lingkungan, kondisi ikan peliharaan (inang), dan adanya jasad penyakit.
Pemanenan harus hati-hati agar tetap menjaga kualitas ikan dipasaran.
Setelah masa pemeliharaan yang berlangsung selama 2 bulan, maka ada beberapa ikan yang ukurannya tidak sama, untuk itu pisahkanlah ikan dengan ukuran yang lebih besar ke kolam yang lain. Ini bertujuan untuk ikan dengan ukuran yang lebih kecil pertumbuhannya tidak terhambat.




Sumber:

https://www.faunadanflora.com/cara-budidaya-ikan-betok/
https://www.pertanianku.com/teknik-tepat-pembenihan-ikan-betok/



Rabu, 12 September 2018

BUDIDAYA IKAN DI KARAMBA


PENDAHULUHAN

Keramba pada awalnya adalah keranjang atau kotak dari bilah bambu untuk membudidayakan ikan. Definisi lain dari keramba adalah wadah budidaya ikan berupa kandang yang terbuat dari bambu atau papan kayu yang ditempatkan di badan air. Keramba umumnya ditempatkan di sungai sehingga air sungai dapat mengalir melewati keramba dan air di dalam keramba senantiasa bersirkulasi mengikuti arus air. Keramba bambu dapat ditempatkan tenggelam maupun mengapung sebagian, dan masing-masing dilakukan sesuai kebutuhan. Di perairan yang dalam dan luas, keramba ditempatkan mengapung sebagian dengan bantuan pelampung.
 Hasil gambar untuk karamba ikan
Budidaya Ikan Dalam Keramba

Budidaya Ikan Dalam Keramba – Keramba pada awalnya adalah keranjang atau kotak dari bilah bambu untuk membudidayakan ikan. Definisi lain dari keramba adalah wadah budidaya ikan berupa kandang yang terbuat dari bambu atau papan kayu yang ditempatkan di badan air. Keramba umumnya ditempatkan di sungai sehingga air sungai dapat mengalir melewati keramba dan air di dalam keramba senantiasa bersirkulasi mengikuti arus air. Keramba bambu dapat ditempatkan tenggelam maupun mengapung sebagian, dan masing-masing dilakukan sesuai kebutuhan. Di perairan yang dalam dan luas, keramba ditempatkan mengapung sebagian dengan bantuan pelampung.

Keramba Tradisional
Budidaya dalam keramba saat ini mendapat perhatian lebih baik oleh peneliti, pemerintah maupun produsen komersial. Faktor-faktor seperti meningkatnya konsumsi ikan, penurunan stok ikan liar dan ekonomi pertanian yang buruk telah meningkatkan minat pada produksi ikan di dalam keramba. Banyak petani dengan sumber daya kecil atau terbatas mencari alternatif selain pertanian tradisional. Budidaya perikanan tampaknya merupakan industri yang berkembang pesat dan menawarkan peluang bahkan dalam skala kecil. Sistem keramba juga memberi petani kesempatan untuk memanfaatkan sumber air yang ada dimana sebagian besar kasus hanya memiliki penggunaan terbatas untuk tujuan lain.
Salah satu varian keramba yaitu keramba jaring apung (KJA). Keramba jaring apung terdiri dari rangka dengan pijakan untuk pemantauan. Jaring apung menggunakan pelampung agar tetap mengapung, serta tertambat pada rangka dan jangkar sehinga tidak berpindah dari posisinya. Ikan tetap berada di dalam keramba karena terkurung oleh jaring.
enis keramba lain yaitu keramba hampang, dibangun dengan menggunakan jaring yang ditegakkan dengan tonggak kayu atau bambu. Keramba jenis ini umumnya dibangun di pinggir sungai dan perairan yang dangkal.
Pemeliharaan ikan dengan keramba di sungai memiliki permasalahan di antaranya rentan terhadap pencemaran sungai dan sampah yang berada di sungai. Selain itu, keramba sungai maupun laut dapat mempengaruhi kuat arus air yang mengalir di belakangnya.

Konsep Kunci
Pemilihan lokasi merupakan faktor kunci yang berkontribusi secara signifikan dalam setiap operasi budidaya dalam air (akuakultur) yang mempengaruhi kesuksesan dan keberlanjutan. Pemilihan lokasi sangat penting karena dapat sangat mempengaruhi kelayakan ekonomi dengan menentukan pengeluaran modal, biaya operasional, tingkat produksi dan faktor kematian. Jaring dengan ukuran yang tepat dalam kepadatan tebar yang memadai merupakan faktor lain yang menentukan keberhasilan budidaya. Pemberian pakan kualitas yang tepat, pemantauan berkala dan pembersihan kandang juga sangat berkontribusi terhadap keberhasilan budidaya dalam keramba. Dengan pengelolaan kandang yang tepat yang dipasang di lokasi yang ideal dapat menghasilkan produksi 20-40kg/m3 dengan berbagai jenis ikan.
udidaya keramba melibatkan pertumbuhan ikan dalam sumber air yang ada saat dilingkupi dalam kandang yang memungkinkan aliran air. Ini adalah sistem produksi akuakultur yang terbuat dari rangka mengambang dan sistem tambat (dengan tali, pelampung, jangkar dll.) Dengan jaring mengambang berbentuk bulat atau persegi untuk menampung dan membesarkan sejumlah besar ikan dapat dipasang di waduk, sungai, danau atau laut. Sebuah titian dan pegangan dibangun di sekitar petak kandang mengambang. Ada 4 jenis kandang pembesaran ikan yaitu:

    kandang tetap,
    kandang terapung,
    kandang yang terendam dan
    kandang submersible.

Berbicara secara ekonomi, budidaya dalam keramba adalah praktik pertanian dengan dampak rendah dengan tingkat keuntungan yang tinggi dan aktivitas emisi karbon yang paling sedikit. Budidaya ikan dalam air yang ada menghilangkan salah satu kendala terbesar dalam budidaya ikan di darat, yaitu kebutuhan akan aliran konstan air bersih dan beroksigen. Keramba apung diposisikan sedemikian rupa untuk memanfaatkan arus alami, yang menyediakan ikan dengan oksigen dan kondisi alami lainnya yang sesuai.

Keuntungan dan Kerugian dari Sistem Keramba
Budidaya ikan sistem keramba memiliki kelebihan dan kekurangan yang harus diperhatikan secara seksama sebelum produksi kandang menjadi metode yang dipilih.


Keuntungan
    Banyak jenis sumber air yang bisa digunakan, termasuk danau, waduk, kolam dan sungai serta laut,
    Investasi awal yang relatif rendah diperlukan di badan air yang ada,
    Pemanenan lebih sederhana,
    Pengamatan dan pengambilan sampel ikan lebih mudah,
    Memungkinkan penggunaan kolam untuk budaya spesies lain,
    Kurangnya kebutuhan tenaga kerja,
    Kesempatan kerja bagi pemuda dan perempuan yang menganggur,
    Penghasilan tambahan untuk nelayan selama musim cuaca buruk.

Kekurangan
    Pakan harus bergizi lengkap dan tetap segar,
    Low Dissolved Oxygen Syndrome (LODOS) adalah masalah yang selalu ada dan mungkin memerlukan aerasi mekanis,
    Kejadian penyakit bisa tinggi dan menyebar dengan cepat,
    Akumulasi pakan dan ekskreta yang tidak terpakai akan menyebabkan polusi air dan juga eutrofikasi,
    Perubahan kualitas air,
    Konflik dalam masyarakat setempat,
    Predasi oleh mamalia dan burung air.
    Pelarian (kemungkinan ikan terlepas),

Beberapa kriteria harus ditangani sebelum pemilihan lokasi untuk budidaya ikan sistem keramba. Parameter fisiko-kimia seperti suhu, salinitas, oksigen, gelombang, polusi, ganggang, pertukaran air, dll. Yang menentukan apakah suatu spesies dapat berkembang di lingkungan. Kriteria lain yang harus dipertimbangkan untuk pemilihan lokasi adalah kondisi cuaca, tempat tinggal, kedalaman, substrat, dan lain-lain.

Rangka Kandang dan Jaring
Bahan kandang yang berbeda bisa digunakan untuk kandang budidaya. Bahan yang biasa digunakan adalah High Density Poly Ethylene (HDPE), pipa Galvanized Iron (GI), pipa PVC, dll. Frame HDPE mahal, namun tahan lama. Kerangka Bingkai Galvanized Iron (GI) epoxy dilapisi efektif direkomendasikan untuk kelompok kecil dan nelayan. Frame GI kurang tahan lama bila dibandingkan dengan bingkai HDPE.

Jaring dengan berbagai dimensi yang teruji seperti jaring HDPE yang dikepang dan dipelintir untuk tujuan agar bisa bertahan selama dua musim atau lebih. Jaring nilon biasa digunakan secara ekonomis, tapi karena ringan, untuk menahan bentuk utuh bobot lebih harus dimuat dalam pipa pemberat. Faktor biaya harus diperhatikan saat menggunakan bahan jaring baru untuk keramba. Kedalaman jaring mulai dari 2 sampai 5m sangat ideal. Untuk keramba di laut terbuka, jaring predator untuk mencegah serangan oleh organisme predator sangat penting.

Spesies dan Kriteria Potensial
Pemilihan spesies untuk budidaya keramba harus didasarkan pada sejumlah kriteria biologis seperti omnivora atau karnivora, tahan banting, cepat besar, konsumsi pakan yang efisien, ketersediaan benih berkualitas, ketahanan terhadap penyakit dan permintaan pasar.

Pakan Budidaya Dalam Keramba
Ikan segar atau beku, pelet lembab (MP) dan pelet kering mengambang adalah pakan yang umum digunakan untuk pembesaran ikan di dalam keramba. Pemberian pakan di keramba cukup mudah dibandingkan dengan di kolam. Pakan dapat dibagi menjadi porsi yang sama dan diberikan secara berkala. Pemberian makan bisa dilakukan baik dengan cara menyebarkan atau menggunakan wadah pakan. Pakan harus bergizi lengkap dan menyediakan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan. Jangan menyimpan pakan dalam waktu yang lama.
Panen

Panen ikan di keramba tidak memerlukan banyak tenaga kerja bila dibandingkan dengan di kolam. Keramba apung dapat ditarik ke tempat yang nyaman dan panen penuh atau sebagian dapat dilakukan berdasarkan permintaan. Pemasaran ikan dalam kondisi hidup sebagai tambahan nilai juga bisa dilakukan.

Perawatan Keramba
Pengelolaan sistem keramba harus menghasilkan optimalisasi produksi dengan biaya minimum. Pengelolaannya harus efisien sehingga ikan budidaya harus tumbuh pada tingkat yang diharapkan berkenaan dengan tingkat pakan dan kerapatan stok, meminimalkan kerugian akibat penyakit dan pemangsa, memantau parameter lingkungan dan menjaga efisiensi fasilitas teknis. Pemeliharaan fisik struktur kandang juga sangat penting. Kebersihan keramba harus diperiksa secara rutin. Diperlukan perbaikan dan penyesuaian pada jangkar tali dan jaring harus dilakukan tanpa ada penundaan. Pembersihan jaring secara rutin juga harus dipertimbangkan, karena ini memastikan pertukaran air yang baik di jaring, sehingga membersihkan kotoran, makanan yang tidak dimakan dan sampai batas tertentu mengurangi dampak pengotoran.

Fouling Jaring Keramba
Fouling (penumpukan kotoran dan jaringan hidup) dari jaring keramba dan struktur lainnya telah diamati pada banyak contoh budidaya sistem keramba. Jaring ditutupi dengan biofouler. Fouling oleh moluska, terutama tiram dan teritip yang dapat dimakan harus diperiksa sebelum kemajuan pertumbuhannya. Jaring yang kotor akan menjadi lebih berat, sehingga meningkatkan berat sehingga bisa mengakibatkan hilangnya jaring dan ikan.

Untuk menghindari/mengurangi fouling, jaring harus diganti bila diperlukan, yang dapat bervariasi dari 2 sampai 4 minggu tergantung pada intensitas penumpukan. Selama pengotoran oyster, penggantian jaring harus dilakukan segera setelah panen musiman.

Pemantauan Penyakit
Pemantauan kesehatan stok ikan sangat penting dan indikasi awal sering dapat diamati dari perubahan perilaku, terutama saat pemberian pakan.


Sumber: 
http://blogternak.com
https://id.wikipedia.org/wiki/Keramba

Rabu, 05 September 2018

HAMA DAN PENYAKIT IKAN NILA

Hasil gambar untuk penyakit pada ikan nila

Serangan penyakit jarang ditemukan mewabah secara besar-besaran dalam budidaya ikan nila. Kalau pun ada, hanya berupa serangan lokal. Namun pembudidaya tetap harus berhati-hati. Karena penyakit ikan nila bukan tidak mungkin datang mengganggu.
Pengobatan hama dan penyakit pada ikan cukup menyita sumber daya dan biayanya mahal. Oleh karena itu, pencegahan harus lebih diutamakan dibanding pengobatan. Dilihat dari segi ekonomi tindakan pencegahan lebih efesien.

Pencegahan hama dan penyakit

  • Pengolahan dasar kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur dasar kolam setiap kali hendak memulai budidaya. Sinar matahari bisa membunuh sebagian besar hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam juga membantu mematikan sebagian penyakit. Untuk lebih detailnya silahkan baca persiapan kolam untuk budidaya ikan.
  • Memasang filter atau saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah sebagian hama dan vektor pembawa penyakit masuk ke dalam kolam.
  • Lakukan secara rutin pemberantasan hama secara mekanis (diambil atau dibunuh) dan pemberantasan hama secara biologis (mempertahankan predator alami hama). Apabila hama tetap membandel bisa dipertimbangkan menggunakan obat-obatan kimia.
  • Gunakan bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit. Bibit sebaiknya didapatkan dari sumber terpercaya, seperti litbang-litbang perikanan.
  • Mengurangi kepadatan ikan agar tidak terjadi kontak antar ikan secara langsung. Dengan jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air kolam akan lebih banyak.
  • Berikan pakan dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya penumpukan sisa pakan dalam kolam. Sisa pakan akan membusuk sehingga menurunkan kualitas lingkungan kolam dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit.
  • Lakukan penanganan ikan secara hati-hati pada saat penebaran atau pemindahan antar kolam, agar ikan tidak terluka yang memicu infeksi penyakit.
Hama ikan nila

Hama yang memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar tawar lainnya. Beberapa hama ikan nila yang paling sering dijumpai dan mempunyai efek mematikan diantaranya:

a. Notonecta

Masyarakat Jawa Barat menyebutnya bebeasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik putih seperti beras. Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil. Upaya pencegahannya cukup sulit.

Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini bisa diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam. Jumlah minyak tanah yang diperlukan 5 liter tiap 1000 m2 luas kolam. Cara ini cukup efektif menekan populasi notonecta.

b. Larva cybister

Hama ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta. Warnanya kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat taring untuk menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan. Ucrit biasanya menyerang benih ikan.

Penyakit ikan nila

  • Trichodina sp. Jenis mikroorganisme yang menjadi parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut. Parasit ini biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat luka pada organ-organi yang diserang. Bisa dicegah dengan menjaga sanitasi kolam dan memasang filter air atau bak pengendapan pada instalasi pengairan kolam. Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan garam (NaCl) sebanyak 500-1000 mg/liter selama 24 jam. Atau dengan larutan formalin sebanyak 25 mg/liter.
  • Saprolegniasis. Penyakit yang disebabkan oleh sejenis jamur. Biasanya menyerang telur, larva dan benih ikan. Bagian tubuh yang diserang organ-organ luar. Penampakan penyakit ini seperti benang halus berwarna putih atau putih kecoklatan. Pengobatan dilakukan dengan merendam telur atau ikan yang terserang dalam larutan malachite green 1 mg/liter selama 1 jam, atau larutan formalin 200-300 mg/liter selama 1-3 jam, atau NaCl 5 gram/liter selama 15 menit.
  • Epistylis spp. Parasit ini umumnya menyerang organ-organ bagian luar seperti kulit, insang dan sirip. Ciri-ciri ikan yang terserang bagian insangnya berwarna merah kecoklatan, ikan sukar bernapas, gerakan lambat, dan pertumbuhannya terhambat. Penularan penyakit terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang sakit. Pencegahannya dengan mengurangi padat tebar ikan. Pengobatannya dengan merendam ikan dalam larutan formalin 200 mg/liter selama 40 menit, atau KMnO4 20 mg/liter selama 15-20 menit.
  • Bercak merah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Aeromonas dan Pseudomonas. Menyerang organ bagian dalam dan luar. Ciri-cirinya ada pendarahan pada bagian tubuh yang terserang, sisik terkelupas, perut membusung. Bila menyerang kulit akan terlihat borok. Ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam. Bila di bedah bagian dalamnya mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa. Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau dengan mencampur obat pada pakan. Obat perendaman kaliumpermanganat 10-20 mg/liter selama 30-60 menit. Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 ml per 100 gram bobot ikan atau kanamysin 20-40 mg/kg bobot ikan. Pencampuran pada pakan dengan oxytetracylin 50mg/kg pakan, diberikan setiap hari selama 7-10 hari.

Sumber:
 https://alamtani.com/hama-dan-penyakit-ikan-nila/
https://kabartani.com/cara-mencegah-hama-dan-penyakit-dalam-budidaya-ikan-nila.html


JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG PEMERINTAH

Permen Kelautan dan Perikanan No. 2 Tahun 2015 menyatakan bahwa penggunaan alat tangkap pukat hela ( trawls ) dan pukat tarik ( seine nets ...